Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hobi Rombak Pejabatnya, Ahok Bisa Timbulkan Kondisi Kontraproduktif

Pengamat perkitaan dari Unuversutas Trisakti Yayat Suoriyatna mengatakan sikao Gubernur DKI yang gemar bongkar pasang pejabat bertujuan mencipatakan birokrasi yang efisien bermotuvasi tinggi dan bebas korupsi
Gubernur DKI Basuki Ahok Tjahaja Purnama/Bisnis-Gloria F.K Lawi
Gubernur DKI Basuki Ahok Tjahaja Purnama/Bisnis-Gloria F.K Lawi

Bisnis.com, JAKARTA--Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriyatna mengatakan sikap Gubernur DKI Jakarta yang gemar melakukan bongkar pasang pejabat bertujuan untuk menciptakan birokrasi yang efisien, efektif, bermotivasi tinggi, dan bebas korupsi.

Kendati demikian, dia mengingatkan pola yang diberikan Ahok untuk memasang target waktu kerja sangat singkat (super quick wins) justru bisa mencipakan kondisi dilematis bagi para birokrat. Pasalnya, dia mengatakan mencapai target dan mengubah sistem tidak semudah membalikkan telapak tangan.

“Ancaman terkadang bisa memberikan lecutan positif, tetapi tak jarang justru menciptakan kondisi negatatif. Tingginya target dan singkatnya waktu untuk mencapai, malah bisa menimbulkan situasi kontraproduktif di kalangan PNS DKI Jakarta,” katanya kepada Bisnis, Minggu (5/7/2015). 

Dia menuturkan Ahok tak bisa asal “membuang” para pejabat yang sudah diangkat menjadi staf dalam waktu singkat. Menurutnya, periode enam bulan belum dapat merepresentasikan kinerja yang telah dicapai. Tidak tercapainya target bukan cuma tanggung jawab Kepala Dinas, tetapi para bawahan dan mitra kerja, misalnya kontraktor atau konsultan luar.

Karena itu, dia meminta Ahok untuk memberikan waktu setidaknya setahun bagi para Kepala Dinas yang baru dilantik untuk mengemban tugas. Selain itu, Gubernur DKI juga wajib memaparkan target secara jelas dan terukur.

“Gubernur sebaiknya membuat kontrak penilaian kerja. Kontrak itu harus terukur dan ada indikatornya. Apa saja target yang harus dicapai, berapa lama waktunya, dan kalau mereka gagal atasan harus memberi tahu. Jangan hanya diam trus dicopot dari jabatan,” paparnya.

Yayat juga menambahkan Gubernur DKI sebaiknya tidak menghakimi sebuah dinas dari kepalanya semata. Dia menyarankan Ahok turun lagi ke lapangan untuk mengecek situasi di lapangan. Apapapun alasannya, dia melanjutnya, pemimpin yang baik sangat menghormati proses yang dilalui para bawahan.

“Saya minta Ahok tak mudah memberi shock therapy dengan menyalahkan bawahan . Lebih baik  [PNS] saat ini diberi zona aman. Beri mereka waktu untuk bekerja. Kalau terlalu sering mengomel, saya takut kinerja aparat terganggu hingga akhirnya berdampak negatif pada pembangunan Ibu Kota,” tutupnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper