Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Elektabilitas Ahok-Djarot Mulai Rebound

Hasil survei Poltracking Indonesia terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 menunjukan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat mulai merangkak naik atau rebound.
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kiri) didampingi Djarot Saiful Hidayat (kanan) menyampaikan visi dan misinya saat Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1)./Antara
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kiri) didampingi Djarot Saiful Hidayat (kanan) menyampaikan visi dan misinya saat Debat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di Hotel Bidakara, Jakarta, Jumat (13/1)./Antara

Kabar24.com, JAKARTA – Hasil survei Poltracking Indonesia terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 menunjukan, bahwa elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Djarot Saiful Hidayat mulai merangkak naik atau rebound.

Berdasarkan survei Poltracking sebelumnya, elektabilitas Ahok sempat turun drastis pada November 2016, karena tersangkut kasus dugaan penistaan agama.

Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda menjelaskan, pada November 2016 elektabilitas Ahok turun hampir 100% dibandingkan September 2016.

“Dampak elektoral kasus hukum Ahok mulai melemah alias tidak lagi berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas,” kata Hanta di Hotel Orio, Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Elektabilitas Ahok-Djarot berdasarkan survei Poltracking 9-13 Januari 2017 menunjukkan kenaikan dari 20,42% (November 2016) menjadi 28,63% atau naik 6,88%.

SIMAK: Efek Kejut Agus-Sylvi Melemah

Menurut Hanta, hal itu terjadi karena para pemilih di DKI Jakarta sudah mulai berada pada titik jenuh terhadap kasus yang saat ini sudah dalam tahap pengadilan tersebut.

Masyarakat pun mulai kembali mempertimbangkan kinerja Ahok sebagai petahana DKI Jakarta yang memiliki tingkat kepuasan cukup baik. Selain itu, kata Hanta, Ahok sejauh ini telah berhasil mencitrakan dirinya tak lagi sebagai sosok yang tempramental. Hanta melihat Ahok tampil dengan gaya yang lebih santun di hadapan publik.

“Pemilih psikologis dia ambil. Sebelmnya kan dipersepsikan kasar, sekarang lebih tenang, santun,” kata Hanta.

Pemilih psikologis, menurut Hanta, adalah pemilih yang menentukan pilihannya berdasarkan fisik dan sifat calon yang terlihat di publik.

Dia membagi alasan pemilih menjadi tiga bagian, pemilih rasional, psikologis, dan sosiologis. Pemilih rasional akan mempertimbangkan rekam jejak, kinerja, program, dan visi misi setiap calon.

Sementara, pemilih sosiologis akan memilih calon berdasarkan kesamaan suku, agama, maupun ras.

“Hal-hal primordialisme. Tiga ceruk itu harus diperhatikan. Di Jakarta pemilih rasional, psikologis, dan sosiologis sama kuatnya,” kata Hanta.

BACA JUGA: Foto-foto Donald Trump & Istrinya Jelang Dilantik Jadi Presiden

Berdasarkan hasil surveinya, Ahok sangat lemah dalam menjaring pemilih sosiologis. Adapun secara keseluruhan hasil survei Poltracking terhadap Pilkada DKI Jakarta, Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni masih memimpin dengan 30,25%. 

Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berada dekat di urutan ketiga dengan elektabilitas 28,63%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper