Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jakarta Makin Kewalahan Mewujudkan Diri Sebagai Kota Idaman

Jakarta tampak semakin kewalahan untuk mewujudkan dirinya sebagai kota idaman masyarakat urban.
Salah satu sudut kota Jakarta/Antara
Salah satu sudut kota Jakarta/Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Persoalan utama Jakarta saat ini, menurut pengamat, adalah tata ruang dan daya tampung dari derasnya arus urbanisasi.

Guru Besar Tata Ruang Universitas Indonesia Rudy Tambunan mengatakan banyak kalangan ingin tinggal di kota modern dengan infrastruktur yang menunjang kualitas kehidupan dan mobilitas warganya. Namun, Jakarta tampak semakin kewalahan untuk mewujudkan dirinya sebagai kota idaman masyarakat urban.

Pemerintah mencatat pertumbuhan urbanisasi di Indonesia mencapai 4,1%, lebih tinggi dari China di angka 3,8% dan India di 3,1%.

Di sisi lain, Jakarta  merupakan Ibu Kota yang sama sekali tidak direncanakan untuk menjadi kota metropolitan seperti sekarang. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan kota yang sporadis untuk menampung jutaan penduduk dan bisnis di dalamnya.

"Situasi ini menjadi berkah tersembunyi bagi kota-kota satelit lainnya untuk belajar dari Jakarta dalam membangun kotanya dengan perencanaan yang matang, seperti yang terjadi di Bangkok dan Kuala Lumpur," kata Rudy, Jumat (22/9/2017).

Jika Bangkok memiliki program Bangkok 250 untuk mendesain masa depan kota tersebut, maka Kuala Lumpur punya program serupa dengan nama Kuala Lumpur Structure Plan 2020.

Pemerintah Indonesia melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sudah mempersiapkan solusi yang disebut Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan Nasional (KSPPN) yang mencanangkan pembangunan 100 kota modern di Indonesia pada 2050.

Rudy mengatakan integrasi Pemerintah Pusat (Bappenas) dan Pemerintah Kabupaten memainkan peran penting bagi terwujudnya pembangunan kota-kota modern seperti tertuang dalam KSPPN.

Program tersebut menyertakan adanya integrasi antara ruang terbuka hijau yang memadai, hunian, dan pembangunan infrastruktur, termasuk sistem jalan, sarana transportasi, pusat bisnis, yang menunjang mobilitas penghuni sebuah kota modern.

Menurut Rudy diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kalangan bisnis. Kuncinya adalah terus menciptakan dan menjaga sinergi tersebut.

Sebagai contoh pembangunan kawasan terpadu skala kota Meikarta yang dilakukan Lippo Group di Cikarang, Kabupatem Bekasi.

Pembangunan hunian, kawasan ruang terbuka hijau seluas 100 hektare dan sistem jalan yang mengadopsi sistem grid seperti di New York dan compact city atau memanfaatkan tanah semaksimal mungkin supaya sarana pendukungnya memadai di Singapura merupakan contoh dari pembangunan kota modern yang terintegrasi.

Sistem grid ini dapat mewujudkan sinergi infrastruktur dengan aktivitas gaya hidup dari masyarakat secara lebih efisien.

“Sistem penataan ruang kota modern dapat mengakomodir kebijakan-kebijakan pemerintah pusat di daerah, contohnya pembangunan kereta cepat, dan dinamika pembangunan daerah. Dinamika di sini dalam artian menunjukkan manfaat ekologis dari penataan kepadatan bangunan,” ujar Rudy.

Dengan terbangunnya kota-kota modern itu diharapkan arus urbanisasi tidak lagi tertuju hanya ke Jakarta, tapi dapat tersebar secara merata ke kota-kota modern di sekitarnya.

Seperti diketahui, kabupaten-kabupaten sekarang ini mengalami limpahan penduduk setiap tahunnya ke kota-kota besar di sekitarnya.

Misalnya, banyak pekerja di Jakarta saat ini tinggal di kota-kota kabupaten di sekitar Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor dan Cikarang untuk mendapatkan harga hunian yang lebih terjangkau.

Apabila kota-kota satelit yang ada di sekitar Jakarta bahkan kota lain di Indonesia mau mengadopsi konsep di atas dan mengintegrasikan rencana mereka dengan stakeholder terkait, maka pembangunan 100 kota modern sesuai dengan KSPPN dapat terwujud.

Dengan demikian, para profesional muda punya pilihan lain untuk memulai hidupnya di kota idaman mereka.

Pakar perkotaan Yayat Supriatna mengambahkan pengembangan kota baru, termasuk Meikarta, harus juga memperhatikan utilitas sarana dan prasarana. Misalnya infrastrukrur transportasi, fasilitas kesehatan dan pendidikan.

"Selama kota baru memiliki itu, tidak ada masalah untuk dikembangkan,"katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler