Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Tertarik Tanam Investasi di Proyek MRT

OPIC menunjukkan ketertarikan untuk membiayai proyek infrastruktur Indonesia, termasuk transportasi massal.
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase I, Senin (11/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja beraktivitas di proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase I, Senin (11/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA--Lembaga Pembiayaan Pembangunan Pemerintah Amerika Serikat atau Overseas Private Investment Corporation (OPIC) menunjukkan ketertarikan untuk membiayai proyek infrastruktur Indonesia, termasuk transportasi massal.

Hal itu disampaikan Wakil Presiden OPIC David Bohigian setelah mengunjungi proyek mass rapid transit (MRT) fase I Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia.

"Kami ingin membangun lebih banyak infrastruktur, termasuk pelabuhan, bandara, dan mass rapid transit [transportasi massal]," katanya di Jakarta, Kamis (12/7).

Dia menuturkan kunjungan tersebut merupakan pertama kalinya pejabat lembaga pembiayaan dan pembangunan Amerika Serikat tersebut singgah di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Dalam kunjungan tersebut, David dan tim diterima oleh Direktur MRT Jakarta William Sabandar. Setelah memberi pemaparan singkat tentang progres dan rencana pengembangan moda transportasi massal tersebut, OPIC diajak oleh Direktur Operasional MRT Jakarta Agung Wicaksono untuk melihat langsung pekerjaan bawah tanah (underground) di stasiun Bundaran Hotel Indonesia

David mengapresiasi kinerja PT MRT Jakarta membangun, menyelesaikan, hingga akhirnya mengoperasikan kereta bawah tanah pertama di Indonesia. Menurutnya, penyelesaian MRT akan mengurangi kemacetan lalu-lintas serta menyediakan moda transportasi yang efisien, aman, Dan nyaman bagi pelaju Ibu Kota.

Menurutnya, investasi dalam infrastruktur menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan konektivitas dan kualitas kehidupan.

"Tujuan kami ke sini mempromosikan investasi AS, memperkuat kemitraan, serta membuka peluang untuk bekerja sama dengan sekutu regional di kawasan Indo-Pasifik. OPIC akan terus bermitra dengan Indonesia untuk mendukung proyek infrastruktur transformatif seperti MRT karena akan berguna bagi masyarakat di masa depan," imbuhnya.

Direktur Operasional MRT Jakarta Agung Wicaksono mengatakan pihaknya membuka kesempatan seluas-luasnya bagi investor, khususnya yang berasal dari luar negeri, untuk berkontribusi dalam proyek angkutan massal Ibu Kota tersebut.

Untuk pembiayaan Koridor I Fase I Lebak Bulus-Bundaran HI dan Fase II Bundaran HI-Kampung Bandan, Pemprov DKI dan pemerintah pusat bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). Namun, dia mengungkapkan tak menutup kemungkinan tercipta potensi kerja sama dengan pihak lain.

"Proyek ini tentu tidak akan berhenti pada fase I dan II utara-Selatan saja, tetapi koridor baru Timur-Barat. Tentu MRT Jakarta butuh bekerja sama dengan berbagai mitra, Amerika Serikat bisa menjadi salah satunya," ucapnya.

Koridor I Fase I Lebak Bulus-Bundaran HI dijadwalkan beroperasi pada Maret 2019 dengan total 16 kereta yang terdiri dari 96 gerbong. MRT Jakarta menargetkan mengangkut sebanyak 130.000 penumpang per hari.

Agung menuturkan saat ini pihaknya tak hanya fokus menyelesaikan infrastruktur, baik jalur layang (elevated) maupun bawah tanah (underground). Lebih dari itu, MRT Jakarta mempersiapkan rencana operasional untuk publik, termasuk soal sumber daya manusia, sistem tiket, dan pembangunan kawasan berorientasi transit (transit oriented development).

"Kami akan melakukan test and comissioning kereta di main line pada bulan depan. MRT Jakarta saat ini juga tengah mempercepat penyelesaian revitalisasi pedestrian untuk Asian Games," ungkapnya.

Seperti diketahui, proyek MRT Jakarta dibiayai dengan dukungan Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Adapun, OPIC baru-baru ini menandatangani nota kesepahaman bersama (memorandum of understanding/MoU) dengan JBIC, Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).

Ketiganya telah mengkoordinasikan dukungan untuk beberapa proyek termasuk dana ekuitas swasta yang mendukung rantai nilai energi terbarukan di India dan Asia Selatan.

Sejak 1974, OPIC telah memberikan bantuan senilai US$2,35 miliar di bidang keuangan dan asuransi di 116 proyek di Indonesia.

Salah satu proyek terbaru yaitu bantuan sebesar US$120 juta kepada PT UPC Sidrap Bayu Energi yang baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. OPIC mendukung pengembangan, pembangunan, dan operasional fasilitas pembangkit listrik tenaga bayu (angin) berkapasitas 75 megawatt di Sidrap, Sulawesi Selatan.

OPIC saat ini menjalankan bisnisnya di 29 negara Indo-Pasifik, termasuk Indonesia, Kamboja, India, Myanmar, Papua Nugini, Filipina, dan Vietnam. Portofolio OPIC di Indo-Pasifik saat ini mencapai US$3,9 miliar untuk 102 proyek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper