Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stasiun Dipenuhi Ojek Online, BPTJ Minta Gojek dan Grab Koordinasi dengan PT KAI

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menilai kondisi pintu masuk dan keluar stasiun Kereta Commuter Line Jabodetabek saat ini sangat berantakan karena ojek online yany bergerombol.
Pengemudi ojek berbasis online mengantar penumpang di kawasan Palmerah, Jakarta, Jumat (18/12). /Antara
Pengemudi ojek berbasis online mengantar penumpang di kawasan Palmerah, Jakarta, Jumat (18/12). /Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono menilai kondisi pintu masuk dan keluar stasiun Kereta Commuter Line Jabodetabek saat ini sangat berantakan karena ojek online yany bergerombol.

Dia meminta operator aplikasi ojek online segera berkoordinasi dengan PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) terkait masalah ini.

"Sekarang hampir semua stasiun berantakan banget. Gara-gara Ojol yang bergerombol nunggu penumpang. Gojek dan Grab enggak koordinasi dengan PT KAI, harus dimulai," katanya saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Kamis (16/11/2018).

Berdasarkan pantauan Bisnis, beberapa stasiun yang dipenuhi ojek online antara lain stasiun Karet, stasiun Tebet, dan stasiun Manggarai. Alih-alih memiliki shelter tersendiri, pengemudi ojek online justru mangkal di depan pintu keluar stasiun sambil menunggu penumpang yang memesan orderan.

Imbasnya, jalan di sekitar stasiun menjadi macet dan terlihat sangat berantakan.

Menurutnya, hal tersebut terjadi karena ketidaksiapan pengelola stasiun dengan perkembangan moda transportasi yang ada, khususnya angkutan berbasis aplikasi. Pasalnya, kata dia, PT KAI saat ini hanya fokus mencari penumpang tetapi tidak saat menurunkannya.

Padahal, kebanyakan penumpang masih harus memesan ojol atau bajaj untuk mencapai tujuan setelah turun dari stasiun kereta.

"Harus dipikirkan angkutan umum setelah penumpang turun. Sekarang di stasiun bukan cuma ojol saja, ada juga feeder Transjakarta, bajaj, dan lainnya. Ini kan harus diatur. Saya minta semua pihak yang terlibat koordinasi," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper