Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peralatan Stasiun Global Atmosphere Watch di Sumbar Terbaik di Dunia

Bisnis.com, JAKARTA - Peralatan Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang di Sumatra Barat, milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), salah satu stasiun pemantau kualitas udara terbaik dari seluruh stasiun di wilayah khatulistiwa

Bisnis.com, JAKARTA - Peralatan Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang di Sumatra Barat, milik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), salah satu stasiun pemantau kualitas udara terbaik dari seluruh stasiun di wilayah khatulistiwa di dunia.

Andi Eka Sakya, Kepala BMKG, mengatakan dulu Indonesia hanya bisa mengukur dan mengirimkan data ke pusat data global. "Kini, bisa menganalisa, walau data tersebut akhirnya dikirim juga ke pusat data global," kata Andi di sela-sela International Workshop on GAW Activities 2013, serta Inagurasi kerja sama CATCOS antara BMKG dan MeteoSwiss, di Jakarta, Rabu (11/9/2013).

Pusat data global yang dimaksud Andi, adalah World Data Centre for Greenhouse Gases (WDCCG), World Radiation Data Centre (WRDC), East Asia Network on Acid Deposition (EANET), dan Carbon Cycle Green-house Gases (CCGG).

Stasiun GAW Bukit Kototabang dioperasikan sejak 1996 sebagai stasiun global GAW. Stasiun ini merupakan satu-satunya stasiun di Indonesia, yang dijadikan sebagai acuan kondisi udara murni dengan ketersediaan data pengukuran fisikal dan kimia atmosfer yang lengkap dan kontinyu, dan tidak terputus-putus.

Pengukuran yang dilakukan di stasiun ini di antaranya, ambien gas rumah kaca dan trace gas lainnya, radiasi matahari, rasio percampuran gas di udara, karakteristik aerosol, dan pengamatan cuaca di permukaan.  Andi mengingatkan tentang pentingnya memantau konsentrasi kimia atmosfer di kawasan Asia Tenggara dan dunia. Pengamatan jangka panjang dari semua jenis gas rumah kaca, menunjukkan adanya kenaikan yang konsisten di seluruh penjuru dunia.

"Kita harus sama-sama menjaga jangan sampai kadar CO2 naik mencapai 450 ppm. Jika sampai batas yang mengkhawatirkan ini, dunia akan mengalami free ice age, dan es-es di kutub mencair. Harus diingat, aktivitas manusia terbukti salah satu penggerak utama dari naiknya konsentrasi CO2 di atmosfer," ungkapnya.

Heinz Walker-Nederkoorn, Duta Besar Swiss untuk Indonesia, menuturkan kehadiran stasiun GAW yang dimiliki Indonesia ini cukup penting. Dunia menjadi begitu tergantung pada Indonesia, mengingat perubahan iklim menjadi tantangan global. "Bukti-bukti ilmiah pengukuran data, khususnya CO2 begitu akurat yang ditampilkan oleh stasiun GAW," ujarnya.

Heinz mengakui kalau Indonesia memiliki kontribusi dan referensi untuk aktifitas iklim, dan juga tren perubahan iklim. "Karena itu kami sangat senang. Kerja sama dengan MeteoSwiss telah membawa perubahan pada pengembangan stasiun Bukit Kototabang," ujarnya.

Pencapaian stasiun GAW yang semula hanya bisa mengukur, sekarang berkembang bisa menganalisa, tak lepas dari program CATCOS (Capacity Building and Twinning for Climate Observing Systems), yang didanai oleh Swiss Agency for Development and Cooperation dalam program global untuk perubahan iklim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmayulis Saleh
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper