"Sakitnya tuh di sini," kata Wali Kota Bogor Bima Arya setiap kali Bogor diijuluki sebagai kota sejuta angkot. Frase itu juga dikatakan Bima saat memaparkan konsep Bogor Transportation Program (B-ToP) di Bogor Green Room, Balaikota Bogor akhir pekan lalu yang dihadiri sejumlah investor dan pengusaha.
Bukan tanpa alasan, apabila sebagian orang menjuluki Bogor sebagai kota sejuta angkot. Nyatanya memang kemacetan di Bogor sulit dihindari. Bima sadar betul kemacetan itu memang terjadi di setiap titik kawasan Kota Bogor.
Maka tak heran, malam itu, dia mengundang para investor dan pengusaha untuk sama-sama menanamkan modalnya pada sektor transportasi. Tujuannya, kata dia, membenahi sistem transportasi yang dinilai semwarut. Tak tanggung-tanggung, Bima menggandeng PT Sarana Multi Infrastaruktur (SMI) sebagai partner dalam penjaminan pembiayaannya.
"Kami mengundang para investor untuk menjelaskan bahwa Bogor sudah punya flat form transportasi untuk 30 tahun ke depan. Jadi, siapa saja yang tertarik dalam proyek besar ini, ayo kita sama-sama bangun Bogor," ujar Bima.
Ada beberapa konsep lainnya yang sudah jadi cetak biru Kota Bogor, seperti pengembangan sistem jaringan jalan, angkutan umum, pedestrian, terminal dan kendaraan ramah lingkungan. Untuk pengembangan sistem jaringan jalan, pihaknya akan mengembangkan mobilitas regional dan pusat kota.
Dari sekian konsep transportasi Bogor yang digagasnya, Bima lebih mengutamakan pada konversi angkutan kota (angkot) ke transportasi masal yang dianggapnya tidak memakan waktu lama. Konversi itu akan merampingkan tiga angkot yang beroperasi menjadi satu bus Transpakuan. Sehingga jumlah angkot akan berkurang setelah ada konversi tersebut.
Adapun, untuk konsep pengembangan sistem angkutan umum, pihaknya menargetkan agar seluruh angkutan berbadan hukum paling lambat selesai pada Agustus tahun ini. Sementara untuk angkutan umum bukan trayek, Pemkot Bogor akan mengembangkan angkutan sekolah, karyawan, angkutan keliling dan angkutan khusus lainnya.
"Kita kembangkan semua konsep berawal dari mimpi, termasuk untuk sistem angkutan berbasis rel seperti light train, aeromovel, monorel atau trem," katanya.
Bima menuturkan konsep yang tengah dikembangkan Pemkot Bogor tidak hanya berkaitan dengan pengguna transportasi, tetapi juga mengedepankan bagi pengguna pedestrian.
"Kita utamakan juga para pejalan kaki, pedestrian mal, skywalk, jalur sepeda, gedung parkir dan area parkir. Jadi semua pihak bisa menikmati fasilitas bogor ini," katanya.
Dia menambahkan pengembangan terminal yang saat ini tengah dimatangkan dibagi menjadi dua antara lain terminal angkutan Sukaresmi-Baranangsiang-Bubulak-Dramaga dan Ciawi.
"Selain itu kami juga akan bangun terminal angkutan barang dan agribisnis Rancamaya," paparnya.
Menurutnya, konsep yang tak kalah penting untuk adalah pengembangan kendaraan ramah lingkungan bagi angkutan yang menggunakan bahan bakar gas, biodiesel dan bahan bakar listrik.
Ketua Tim Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan (TP4) Kota Bogor, Yayat Supriatna menuturkan hingga saat ini belum ada investor yang tertarik menanamkan modalnya di sektor transportasi. "Belum ada, kan baru diinformasikan," katanya pada Bisnis, Rabu (17/6).
Yayat menuturkan target pertama dalam membenahi sektor transportasi adalah penyehatan sistem tata kelola Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) di Bogor. Dia berharap angkot yang berbadan hukum, ke depannya bisa bergabung dengan PDJT. Saat ini, Pemkot Bogor tengah membuka lelang jabatan guna menduduki kursi CE0 PDJT Kota Bogor.
Yayat membenarkan apabila fokus utama pembenahan program transportasi Bogor adalah konversi angkot ke Transpakuan. Bogor ke depan membutuhkan sekitar 151 Transpakuan hasil konversi dari angkot yang ada. "Dibutuhkan biaya sekitar Rp100 miliar," paparnya.
Nantinya, apabila sudah terbentuk Transpakuan, kata dia, pembayaran untuk tenaga kerja diubah menjadi sistem gaji. "Jadi tak ada sistem setoran lagi bagi sopir. Mereka akan digaji per bulan," ungkapnya.
Menurutnya, alasan Pemkot Bogor mengajak investor adalah untuk sama-sama membenahi sektor transportasi, lantaran pendanaan dari APBD Kota Bogor tak mencukupi. Untuk tahap awal, katanya, PT SMI akan membantu mendampingi mencari investor.
"Ini kan programnya masih berjalan, nanti kalau sudah oke semuanya baru keluar angka berapa besaran anggaran yang dibutuhkan. Tapi yang jelas kita akan fokus dulu pada penyehatan PDJT. Terkait siapa investornya, bisa dari lokal dan luar," ujarnya.
Direktur Utama PT SMI Emma Sri Martini mengungkapkan pihaknya akan mengkaji capacity building konsep tersebut dan mengidentifikasi infrastruktur yang bisa menarik investor terlebih dahulu.
Selanjutnya, kata dia, akan dipetakan skema mana yang cocok untuk pembiayaan konsep pembenahan program transportasi itu. "Dari PT SMI tentu akan melakukan mapping dan memilih prioritas utama konversi angkot ke Transpakuan. Tapi belum ada komitmen biayanya berapa," ujarnya.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Infrastruktur dan Transportasi Ongky Abdurrahman mengatakan konsep yang digagas Pemkot Bogor diperkirakan akan banyak peminat dari kalangan investor. Asalkan, kata dia, ada peraturan daerah yang mendukung untuk menjamin investor tertarik menanamkan modalnya.
Mencari Solusi Kemacetan Kota Bogor
"Sakitnya tuh di sini," kata Wali Kota Bogor Bima Arya setiap kali Bogor diijuluki sebagai kota sejuta angkot. Frase itu juga dikatakan Bima saat memaparkan konsep Bogor Transportation Program (B-ToP) di Bogor Green Room, Balaikota Bogor akhir pekan lalu yang dihadiri sejumlah investor dan pengusaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Bastanul Siregar
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu
Ridwan Kamil Klaim Punya Survei Internal, Lampaui Pramono-Doel?
5 jam yang lalu
Ridwan Kamil Optimistis Menang di Pilkada Jakarta
5 jam yang lalu