Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beroperasi 2019, MRT Jakarta Tanpa Pengemudi

PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menawarkan layanan transportasi berbasis rel dengan standar internasional ketika beroperasi pada 2019.
Suasana pembangunan depo Mass Rapid Transit (MRT) di Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (11/7)./ANTARA-Rivan Awal Lingga
Suasana pembangunan depo Mass Rapid Transit (MRT) di Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (11/7)./ANTARA-Rivan Awal Lingga

Bisnis.com, JAKARTA - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menawarkan layanan transportasi berbasis rel dengan standar internasional ketika beroperasi pada 2019.

Layanan berstandar internasional itu menggunakan sistem automatic fare collection (AFC) yang dibuat oleh perusahaan teknologi asal Jepang, Nippon Signal.

Rencananya, kereta MRT Jakarta akan beroperasi tanpa pengemudi yang dikendalikan dari Operational Control Centre (OCC) di Stasiun Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Dalam ruangan OCC, sistem AFC yang terdiri atas perangkat card initialization machine (CIM), line control unit (LCU), serta workstation (WS) dijalankan.

Untuk sistem AFC di stasiun, antara lain didukung perangkat station control unit (SCU), WS, dan automatic remaining value check terminal (ARVCT) yang dipakai untuk membaca saldo kartu penumpang.

AFC System juga terdapat pada ticket office machine (TOM), passenger gate (PG, tempat tap in-out penumpang), add value machine (AVM, mesin pengisian saldo kartu tiket), dan ticket vending machine (TVM, mesin untuk membeli tiket kereta), yang akan ditempatkan di 13 stasiun MRT fase 1 Lebak Bulus-Bundaran HI.

"Lebak Bulus punya LCU yang terkoneksi ke WS yang menghubungkan antarstasiun. WS antarstasiun terhubung ke SCU," kata General Manager Production Control Department Utsunomiya Plant, Masatoshi Hata, menjelaskan kerja sistem secara keseluruhan.

Menurut Hata SCU yang ada di setiap stasiun itu berupa komputer yang mengontrol AVM, TVM, PG, serta TOM.

PT MRT Jakarta, operator kereta MRT Jakarta, memesan 35 unit TVM, 25 unit AVM, dan 99 set PG dari Nippon Signal, dan akan mulai dikirim secara bertahap mulai awal 2018. Pengadaannya masuk ke dalam paket 107 bersama dengan railway system dan track work dengan total kontrak Rp 2,7 triliun.

Di pabrik Nippon Signal, dilakukan uji coba passenger gate (PG) dan ticket vending machine (TVM) oleh teknisi Nippon Signal.

PG tersebut sama persis dengan yang ada di stasiun-stasiun kereta di Jepang. Ketika melakukan tap in, layar pada PG berubah warna menjadi hijau dan muncul tulisan terima kasih dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Tap in-out tiket juga terlihat cukup cepat.

"Karena mesin passenger gate dapat membaca kartu 60 penumpang per menit," ujar Hata.

Berbeda dengan PG yang digunakan PT Kereta Commuter Indonesia hanya dapat membaca 30 penumpang per menit.

Untuk PG kereta MRT Jakarta, jika tiket tidak terbaca atau tidak melakukan tap in penghalang di PG akan muncul dengan cepat. Layar pun berubah menjadi warna merah dengan tulisan "tiket tidak berlaku".

Adapun kelebihan TVM yang digunakan MRT adalah bisa membeli 4 tiket sekaligus. Mesin tersebut juga menyediakan pembayaran melalui uang kertas dan koin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper