Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Perhiasan Penyumbang Inflasi Terbesar di Jakarta, Kenapa?

Emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2019 di DKI Jakarta.
Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk Sandra Sunanto memperlihatkan koleksi perhiasan emas di toko emas ACC, di Blok M Square, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk Sandra Sunanto memperlihatkan koleksi perhiasan emas di toko emas ACC, di Blok M Square, Jakarta, Selasa (5/9)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi terbesar pada Agustus 2019 di DKI Jakarta.

Kendati demikian, tekanan inflasi pada bulan Agustus di Ibu Kota terbilang menurun, yakni sebesar 0,17 persen (mtm) atau tercatat kembali menurun dibandingkan bulan Juli yaitu 0,25 persen (mtm).

Atas penurunan ini, laju inflasi Jakarta Tahun 2019 baru mencapai 2,55 persen, sehingga diprakirakan tetap mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional sebesar 3,5%±1%.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dari segi kelompok pengeluaran, yang mengalami inflasi terbesar yaitu kelompok sandang 1,20 persen; kelompok bahan makanan 0,38 persen; dan kelompok kesehatan 0,36 persen.

Sementara dari segi komoditas yang diukur, yang memberikan sumbangan inflasi terbedar di atas 0,03 persen, yaitu komoditi emas perhiasan (0,09 persen); daging ayam ras (0,06 persen); cabai merah (0,05 persen); dan cabai rawit (0,03 persen).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Hamid Ponco Wibowo mengungkap bahwa ketidakpastian global merupakan faktor meningkatnya inflasi kelompok Sandang dari 0,44 persen (mtm) pada Juli 2019 menjadi 1,20 persen (mtm) di bulan Agustus.

"Hal tersebut disebabkan oleh inflasi komoditas emas perhiasan sejalan dengan meningkatnya harga emas di pasar global. Sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian kondisi ekonomi global sebagai dampak dari trade war USA-China," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (3/9/2019).

Emas perhiasan pada Agustus 2019 memang tercatat tinggi, sebesar 4,02 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan Juli 2019 sebesar 1,24 persen (mtm).

Sementara itu, Lonco menjelaskan bahwa lebih rendahnya tekanan inflasi dibandingkan bulan sebelumnya didorong oleh penurunan inflasi pada kelompok pengeluaran Bahan Makanan dan kelompok pengeluaran Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga, serta deflasi yang masih berlanjut pada kelompok pengeluaran Transport, Komunikasi, dan Jasa Keuangan.

Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan inflasi adalah kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau, Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, Sandang, dan Kesehatan.

Penurunan tekanan inflasi bulan Agustus 2019 disumbang oleh berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok Bahan Makanan. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 0,38 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan Juli 2019 yang sebesar 0,86 persen (mtm).

Lebih rendahnya inflasi kelompok ini disumbang oleh deflasi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, seperti pada komoditas beras dan bihun. Selain itu, tingkat inflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan juga mengalami perlambatan. Namun demikian, tingkat inflasi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami kenaikan yaitu mencapai 2,9 persen (mtm), yang bersumber dari inflasi komoditas daging ayam ras yaitu sebesar 5,11 persen (mtm). Hal ini terutama disebabkan oleh berkurangnya pasokan anak ayam ras pedaging.

Deflasi pada kelompok pengeluaran Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan terus berlanjut sehingga turut berkontribusi pada rendahnya inflasi. Kelompok ini pada bulan Agustus 2019 kembali mengalami deflasi, yaitu sebesar -0,50 persen (mtm), lebih dalam dari deflasi bulan sebelumnya yang tercatat -0,27 persen (mtm).

Berlanjutnya deflasi pada kelompok Transportasi disebabkan oleh deflasi pada komoditas-komoditas transportasi umum, antara lain pada tarip angkutan udara sejalan dengan kebijakan penurunan tarip batas atas (TBA) tiket pesawat oleh Pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper