Bisnis.com, BEKASI--Kendati di awal tahun ini sejumlah harga komoditas mengalami peningkatan, namun Kota Bekasi justru mengalami deflasi 0,8% pada April tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi mencatat pengaruh deflasi pada April lantaran hampir semua kebutuhan pokok umumnya terpenuhi dengan harga cenderung menurun.
Kepala BPS Kota Bekasi Slamet Waluyo mengatakan deflasi di Kota Bekasi merupakan tertinggi dibandingkan dengan sejumlah kota lain di Jawa Barat, seperti Kota Bogor, Sukabumi dan Depok.
Slamet mengatakan deflasi ditengarai oleh menurunnya harga beras, bayam, bawang merah, cabai rawit dan emas perhiasan. Sejumlah komoditas itu mengalami penurunan harga pada April.
“Termasuk harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi juga menurun,” papar Slamet kepada Bisnis, Selasa (6/5/2014).
Slamet mengemukakan di Kota Bekasi dari ketujuh kelompok pengeluaran, empat kelompok mengalami deflasi dan tiga kelompok mengalami inflasi.Kategori kelompok yang mengalami deflasi antara lain bahan makanan deflasi 4,03%.
Selain itu, sektor perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami deflasi 0,01%, sektor sandang menurun 0,16%, transportasi deflasi 0,03%. Adapun makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau inflasi 0,39%, kesehatan inflasi 0,17% dan pendidikan, rekreasi dan olahraga inflasi 0,02%.
“Kami melihat adanya stok yang melimpah pada panen raya dan tingginya laju impor, seperti bawang merah yang akhir-akhir ini booming membuat bahan makanan mengalami deflasi tertinggi,” ujarnya.
Sementara untuk inflasi tertinggi pada April yakni untuk makanan jadi. Pasalnya, proses pembuatan makanan membutuhkan biaya yang berlebih lantaran dipicu kenaikan tarif listrik dan upah buruh, sehingga ongkos produk terkerek naik.
Menurutnya, dalam tiga bulan terakhir Kota Bekasi mengalami inflasi karena adanya musibah alam yang berpengaruh membengkaknya biaya produksi di semua sektor.