Bisnis.com, JAKARTA -- Pengusaha skala mikro, kecil dan menengah dituntut lebih kreatif dalam menjaga loyalitas pelanggan dan mempertahankan kelangsungan bisnisnya.
Kondisi tersebut dipicu situasi ekonomi yang semakin memberatkan UMKM dan konsumen secara bersamaan menyusul penaikan biaya produksi yang tidak bisa dibendung lagi.
Membengkaknya biaya produksi dipicu oleh penaikan tarif dasar listrik, harga gas liquefied petroleum gas (LPG) dan diperkirakan tidak lama lagi harga bahan bakar minyak juga naik.
Para pelaku UMKM yang akan paling merasakan dampak dari penaikan biaya komponen produksi antara lain usaha warung makan, restoran, kafe, katering dan produsen produk makanan.
Sarman Simanjorang, Ketua Umum DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia DKI Jakarta, mengatakan pengusaha akan melakukan strategi untuk menjaga kestabilan omzetnya.
“Mereka berusaha mempertahankan omzet dengan tidak mengorbankan kualitas produk yang bisa membuat pelanggannya kecewa dan pergi,” katanya menjawab Bisnis.com, Rabu (10/9/2014).
Menurutnya, pengusaha UMKM tidak bisa serta-merta menaikkan harga jual produk untuk mengimbangi kenaikan komponen biaya produksi yaitu ongkos listrik, gas dan BBM.
Strategi yang mereka lakukan untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya antara lain dengan mengurangi ukuran produk dengan menjamin kualitanya tetap terjaga dan harganya kompetitif.
Sebab, dampak dari kenaikan biaya listrik, gas dan BBM juga berpotensi memicu terjadinya tekanan ekonomi yang dapat membuat banyak konsumen mengurangi biaya konsumsi.
“Misalnya, kalau sebelumnya orang ke restoran kemudian makan dengan 3-4 macam lauk dan sayurannya, tetapi nanti akan dikurangi menjadi hanya 2-3 macam masakan saja,” ujarnya.
Sarman menjelaskan kondisi tersebut berpeluang ikut memicu terjadinya inflasi yang lebih besar sehingga berpengaruh terhadap situasi ekonomi dalam skala yang semakin luas lagi.