Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan survei 60 perempuan komunitas terhadap 1.800 responden di DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor menunjukkan pelayanan dan fasilitas sejumlah puskesmas di Jakarta belum mampu memenuhi harapan masyarakat.
"Puskesmas di Manggarai Utara, misalnya, menurut para responden bangunannya sudah tidak layak, tampak rapuh, jumlah tempat parkir pun sedikit. Bukan hanya pasien, petugas di sana pun minta bangunan diperbaiki," kata anggota perempuan komunitas Erna Rosalina dalam keterangan pers Solidaritas Perempuan di Jakarta, Senin (30/3/2015).
Hal lain yang juga menjadi keluhan para responden, menurut dia, soal minimnya fasilitas toilet serta tidak adanya pemisahan toilet khusus untuk perempuan dengan laki-laki. Kurangnya tenaga medis terutama dokter gigi di puskesmas tersebut, menurut Erna, juga banyak menjadi keluhan para responden.
"Saat dokter gigi rapat pasien dibatasi, begitu pula pada hari Jumat saat ada jumantik juga pelayanan dibatasi. Ini merugikan masyarakat karena yang memang sedang sakit gigi kan tidak dapat ditunda, permintaan dari masyarakat agar ada dokter penggantinya," ujar dia.
Kekurangan hampir sama juga disampaikan salah seorang anggota perempuan komunitas lainnya yang bertugas di Puskemas Penjaringan I Muara Baru Voni Riani. Dokter yang melayani Poli Gigi, menurut dia, sering datang telat, sedangkan jumlah pasien yang dilayani pun dibatasi.
"Kita pantau Poli Umum dan Poli Kesehatan Ibu dan Anak juga kita pantau juga, tapi memang dari responden pun menilai Poli Gigi yang kurang memuaskan," ujar dia.
Dengan adanya layanan BPJS Kesehatan, ia juga mengatakan para responden mengeluhkan waktu tunggu pendaftaran di puskesmas hingga mencapai lebih dari 1 jam.
"Pasien yang sebenarnya hanya mencari rujukan pun harus antri lama sekali, tidak boleh diwakilkan. Jadi yang pasien yang memang sudah lemes pun harus antri lama untuk dapat rujukan ke rumah sakit," ujar dia.
Ketua Solidaritas Perempuan Wahidah Rustam mengatakan survei dan pemantauan yang dilakukan 60 orang dari perempuan komunitas terhadap 1800 responden di 11 puskesmas di DKI Jakarta dan satu puskesmas di Kabupaten Bogor dilakukan pada Januari hingga Maret 2015.
"Survei ini benar-benar melibatkan perempuan dari akar rumput, karena mereka sendiri yang turun langsung ke lapangan. Sumber data utama dari survei dan pemantauan layanan dan fasilitas puskesmas ini persepsi dari pengguna layanan langsung," ujar dia.
Survei dan pemantauan oleh perempuan dari akar rumput di 12 puskemas di DKI Jakarta dan Kabupaten Bogor ini memang masih uji coba. Dan bersama dengan Yappika dan Elva, Solidaritas Perempuan juga melakukan hal sama di Aceh.
"Harapannya memang ke depan semua puskesmas di Jakarta, di Indonesia kita bisa survei. Karena bagaimana pun ini bentuk pengawasan langsung oleh masyarakat untuk kinerja Pemerintahan Joko Widodo dalam memenuhi hak kesehatan masyarakat," ujar dia.
Hasil dari survei dan pemantauan yang dilakukan perempuan komunitas ini, menurut dia, juga pasti akan disampaikan kepada legislatif dan eksekutif. []