Bisnis.com, JAKARTA - Komite Daging Sapi Jakarta Raya mengimbau para pedagang daging sapi di pasar-pasar DKI Jakarta yang mogok untuk segera kembali berdagang dan pemerintah secepatnya melakukan antisipasi.
Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang bahwa pemerintah harus menyediakan solusi untuk mengatasi aksi mogok para pedagang tersebut.
"Kami menghimbau kepada pedagang daging segera menghentikan mogok jualan karena akan mengganggu roda ekonomi khususnya pelaku usaha UKM yg membutuhkan daging sapi sebagai bahan baku seperti pedagang bakso, rumah makan padang, warteg, catering dan UKM lainnya," kata Sarman melalui rilis pers yang diterima Bisnis.com, Senin (10/8/2015).
Oleh sebab itu pemerintah harus segera mengambil solusi yang tepat memastikan pasokan daging ke pasar lancar sehingga harga stabil dan omzet padagang normal seperti biasa.
Sarman mengaku selama ini pihaknya sudah menyampaikan ke pemerintah agar menghitung sejauh mana daging lokal mampu menyuplai kebutuhan pasar dengab data yg akurat dan secara fisik dipastikan sebagai stok yang siap menyuplai pasar. Dengan data yang akurat pemerintah dapat menghitung berapa yang mampu disupply daging lokal dan berapa kebutuhan impor.
"Kami sebenarnya berharap agar kebijakan impor itu buka tutup. Artinya jika stok lokal tersedia impor ditutup tetapi jika memang stok lokal kurang, kran impor dibuka sehingga demand dan supply selalu terjaga," jelas Sarman lagi.
Saat ini harga daging sapi cenderung stabil tinggi karena demand dan supply tidak seimbang. Pemerintah harus segera mengambil langkah2 taktis dan strategis utk mengembalikan harga daging sapi dikisaran Rp90.000-Rp100.000 per kilogram.
"Psikologi pasar akan terganggu jika melihat stok daging sapi kita tidak mampu mensupply pasar. Karena data stok sapi lokal ada di tangan pemerintah maka semuanya dikembalikan ke kebijakan pemerintah untuk mengambil langkah taktis dan strategis karena ini menyangkut kebutuhan orang banyak dan dunia usaha," sambungnya.
Jika faktanya sapi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar maka agar segera menambah daging impor. Lonjakan harga ini murni terjadi karena pasokan yang minim kecil kemungkinan ada yang mempermainkan harga.
"Pedagang daging sangat merasakan tingginya harga karena pasokan yang minim. Kami melihat bahwa harga mahal ini bukan hanya di Jakarta akan tetapi juga Jatim, Jateng, Jabar sebagai sentra produksi sapi juga harganya ikut naik. Ini artinya benar-benar pasar tengah kekurangan pasokan," tegasnya.