Bisnis.com, BOGOR-- PT Prayoga Pertambangan dan Energi, perusahaan BUMD Kabupaten Bogor, membantah rugi seiring belum adanya keuntungan yang diraih perusahaan.
"Kami tidak rugi tapi kami sedang berinvestasi," demikian kata Radjab Tampubolon, Direktur Utama PT Prayoga Pertambangan dan Energi (PT PPE) saat berbincang dengan Bisnis, Jumat (28/8/2015).
Dia mengatakan Usia PT PPE memang baru 3,5 tahun laiknya anak kecil aktif dan sedang enerjiknya. Demikian dengan PPE yang mencoba merangkak menjadi sebuah perusaahaan daerah yang diharapkan bisa diperhitungkan.
Dari sekitar lima perusahaan BUMD di Kabupaten Bogor, PT PPE masuk jadi salah satu tumpuan pendapatan asli daerah (PAD). Aset yang dimiliki perusahaan hingga saat ini mencapai sekitar Rp86 miliar. Adapun total pernyetaan modal mencapai Rp114 miliar dengan pengeluaran belanja hingga saat ini Rp20 miliar.
Sejak didirikan pada 2012, perusahaan yang berfokus pada pertambangan batu andesit dan sektor energi itu belum menghasilkan keuntungan bagi daerah. Maklum, pada tahun pertama, manajemen sibuk mengurus administrasi dan perizinan pendirian perusahaan. Barulah pada 2013, sektor yang harus garap mulai dipetakan. Pendek kata, PT PPE mulai berproduksi.
Pada tahun kedua, PT PPE mulai mengakuisisi sebuah perusahaan swasta yang memproduksi asphalt mixing plant (AMP) di kawasan Babakan Madang, Sentul, Kabupaten Bogor. Kelak, produksi AMP dan turunannya seperti hotmix dan bahan baku beton jalan menjadi salah satu fokus usaha PT PPE.
Tak tanggung-tanggung, produksi AMP yang dilakukan PT PPE mencapai 80 ton per jam. Per bulannya bahkan bisa mencapai sekitar 20.000 ton untuk dipasarkan ke berbagai kontraktor di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok dan Cianjur. Pada 2014, produksi AMP dan turunannya mencapai 32.000 ton atau meningkat dibandingkan tahun 2013 sebesar 28.000 ton.
Capai Target
Radjab optimistis volume produksi aspal, beton dan hotmix pada tahun ini bisa mencapai 50.000 ton sesuai target yang telah ditetapkan manajemen.
"Bahkan kami yakin bisa lebih. Tapi kami coba perlahan saja," katanya.
Hitung-hitungan keuntungan yang diproyeksikan PT PPE diharapkan bisa terjadi pada 2016, seiring mulai meningkatnya produksi dan pemasaran produk di sektor pertambangan itu. Dia meyakini, mulai 2017 keuntungan bisa diraih perusahaan dan PAD Kabupaten Bogor akan terus mengalir dari PPE.
Radjab punya alasan tersendiri mengapa hitung-hitungan keuntungan itu sejak tiga tahun ke belakang belum muncul. Menurutnya, momentum investasi seperti pembelian alat berat hingga belanja kebutuhan perusahaan belum bisa menjadikan penjualan produksi tertutupi.
"Setelah dilakukan studi kelayakan, perusahaan khususnya pertambangan dan energi baru bisa untung setelah perusahaan enam tahun berdiri. Ingat, kami bukan perusahaan manufaktur yang jual barang langsung bisa untung," katanya.
Radjab, yang juga bekas bos PD Pasar Tohaga Kabupaten Bogor itu, menuturkan indikator keuntungan PT PPE bisa diraih tahun depan. Hal itu bisa dilihat dari kesiapan perusahaan yang sudah mengantongi standar nasional Indonesia pada produksinya. Ditambah, segala peralatan dan sumber daya manusia yang dimiliki sudah mumpuni menjadi aset dan modal berharga bagi perusahaan.
Tak heran apabila sejumlah kontraktor dari BUMN dan swasta di Jakarta sudah menandatangani kontrak dengan PT PPE untuk menggunakan produk perusahaan dalam menjalankan proyeknya baik untuk proyek tol di pusat, provinsi, kabupaten, kota hingga jalan-jalan di tingkat kecamatan.
"Standar tertinggi usaha AMP adalah proyek tol. Jadi apabila produk kami sudah digunakan oleh kontraktor pembuat jalan tol seperti yang dilakukan Jasa Marga atau di Bogor Outer Ring Road itu tandanya produk kami sudah menasional," katanya.
Pada sektor pertambangan batu andesit, PT PPE saat ini tengah memfokuskan produksi di wilayah Cigudeg dan Cariu Kabupaten Bogor. Volume pertambangan batu di Cigudeg saat ini sudah mencapai 20.000 meterkubik. Dia menargetkan ada penambahan produksi hingga 200.000 meterkubik.
Pengolahan
Di wilayah Cigudeg itu, volume batu yang terkandung di kawasan pegunungan mencapai 17 juta meter kubik dengan total luas lahan sekitar 13,5 hektare yang diperkirakan tak akan habis selama 20 tahun. Di Cigudeg juga telah dibangun industri pengolahan untuk dijadikan batu split dan screening seluas 4 hektare. Adapun, pertambangan batu di kawasan Cariu masih dalam tahap pengembangan.
Radjab menuturkan untuk sektor energi, PT PPE hingga saat ini belum memulai produksi. Hanya saja, terdapat tiga jenis proyek yang sedang dikembangkan antara lain pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) dengan proyeksi investasi sekitar 1,4 triliun untuk besaran 40 megawatt. Asumsinya, per megawatt menelan investasi sekitar Rp26 miliar.
Proyek PLTSa ini sudah disetujui oleh Bupati Kabupaten Bogor Nurhayanti lantaran bekerja sama dengan pihak swasta yakni sebuah perusahaan asal Cina. Skemanya, keseluruhan investasi dilakukan oleh pihak swasta. PT PPE bertugas membereskan perizinan dan administrasi.
"Nanti setelah perizinan beres ada perhitungan saham untuk PT PPE berapa," katanya.
Rencana lain yang akan dilirik perusahaan adalah pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Keduanya masih dalam pembahasan manajemen perusahaan. Wacana proyek ini juga akan melibatkan pihak swasta sebagai investor utamanya.