Bisnis.com, JAKARTA - Seiring belum meratanya pembangunan nasional, pendatang baru Jakarta diprediksi menembus 50.000 orang, atau naik sekitar 10% pada pasca Lebaran 2013, dibandingkan dengan pasca Lebaran tahun lalu 47.832 orang.
Lana Sulistyaningsih, Ekonom PT Samuel Sekuritas mengatakan permasalahan urbanisasi dalam negeri merupakan masalah yang sifatnya struktural. Artinya, tingkat urbanisasi masih tergolong tinggi dan berlanjut karena belum meratanya pembangunan infrastruktur.
“Daya tarik sebagai pekerja pabrik masih tinggi, dan industri lebih banyak berada di sekitar perkotaan dengan infrastruktur yang memadai. Kami perkirakan pendatang baru Jakarta setidaknya naik 5%-10% pada pasca Lebaran ini,” ujarnya Minggu (11/08/2013).
Dia menilai pendatang baru tersebut dapat mendongkrak perekonomian kota dari sektor informal. Kendati demikian, lanjutnya, sektor informal belum memberikan jaminan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, apalagi kualitas ekonomi dari sektor informal masih rendah.
“Banyak para pendatang baru yang menciptakan usaha kecil-kecilan, akan tetapi apakah mereka mendapatkan jaminan sosial seperti asuransi, kesehatan dan lainnya. Artinya kita belum bisa bergantung terhadap sektor informal untuk mendorong petumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Di lain sisi, dia juga menilai kebijakan otonomi daerah yang diterapkan 10 tahun yang lalu, guna menggenjot pembangunan, dengan aturan pelonggaran pembangunan infrastruktur dan alokasi umum dari pemerintah pusat, justru belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Menurutnya, ada beberapa daerah yang hasilnya cukup signifikan dari kebijakan otonomi daerah misalnya seperti Solo, Seragen dan Surabaya, kendati demikian secara nasional belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Tidak efisien
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Destry Damayanti menilai dampak negatif dari tingginya tingkat urbanisasi menyebabkan kegiatan ekonomi menjadi tidak efisien. Menurutnya, semakin banyak pegawai menyebabkan produktivitas per individu menjadi berkurang.
“Misalnya saja kebutuhan produksi industri idealnya membutuhkan 10 orang, namun dikerjakan oleh 15 orang. Artinya produktivitas per individu berkurang, dan upah yang diberikan mungkin lebih kecil. Hal ini juga memicu tingkat kemiskinan semakin tinggi,” katanya.
Dalam jangka pendek, menurutnya, perlu ada seleksi ketat bagi para pendatang baru tersebut untuk menahan lonjakan urbanisasi. Selain itu, lanjutnya, dapat juga mendorong kewirausahaan sumber daya manusia di pelosok-pelosok daerah