Bisnis.com, BOGOR- Minimnya suntikan modal dan peralatan produksi pindang di Tanah Air menjadi masalah utama para pengrajin sehingga menghambat produktivitas hasil olahan ikan di sektor itu.
Ketua Forum Pindang Nasional (Forpinas) Tony Marta Johan mengatakan kedua persoalan itu berdampak pada penanganan bahan baku pengolahan ikan menjadi kurang berdaya saing.
"Untuk itu produksi yang dihasilkan selama ini dinilai belum maksimal sehingga kami harus turun tangan membina mereka bagaimana menangani ikan dengan baik," katanya ketika dikonfirmasi, Rabu (22/10/2014).
Tony mengatakan Forpinas yang baru diresmikan pada Oktober dibentuk oleh kalangan akademisi, pengusaha dan pemerintahan dengan bertujuan memajukan perikanan Indonesia khususnya pengolahan ikan pindang.
Pihaknya membentuk Forpinas dalam rangka membantu Asosiasi Pengusaha Pindang Ikan Indonesia (Appikando) yang dianggap memiliki kesamaan prinsip membangun dan memperjuangkan perpindangan di Tanah Air.
Tony memaparkan kondisi perpindangan saat ini cenderung statis ditinjau dari jumlah produksi per tahun sekitar 1,1 juta ton. Kondisi itu dianggap kurang mencapai titik ideal apabila mengacu pada target konsumsi ikan di Indonesia sebesar 38 kg per kapita per tahun.
"Dengan demikian imej ikan pindang harus naik kelas. Caranya kita mencoba meningkatkan kualitas demi terciptanya produksi pindang ikan yang berdaya saing di pasar lokal dan ekspor," paparnya.