Bisnis.com, JAKARTA - Lokasinya yang bersebelahan dengan terminal bus yang ramai dan padat, membuat sentra pedagang buku di kawasan Pasar Senen, Jakarta ini bisa dibilang kurang nyaman bagi para pembeli yang rata-rata menginginkan ketenangan dalam membaca buku incarannya.
Namun siapa sangka, selain menyediakan berbagai macam buku bekas dan baru, beberapa kios di lokasi ini pun menyediakan buku impor.
Tak ayal, membuat para pembeli yang rata-rata berasal dari kalangan mahasiswa ini tetap mau untuk mengunjungi lokasi ini.
Selain harganya yang ditawarkan lebih murah, ketersediaan buku impor di Pasar Senen ini bisa dibilang cukup lengkap. Meskipun untuk keaslian dari buku tersebut belum bisa terjamin. Sebab beberapa buku memang sengaja dibajak dan dipalsukan oleh para pedagang agar bisa dijual lebih murah.
Salah sorang penjualnya bernama Nawir, misalnya, dirinya menyebut bahwa konsumennya yang mencari buku impor memang cukup banyak. Bahkan terkadang dirinya cukup kewalahan dalam melayani permintaan dari para pembelinya.
Untuk itu, Nawir sering kali meminta pembelinya untuk datang dikemudian hari untuk disediakan kembali buku permintaannya.
Menurut dia, buku impor dengan tema komunikasi, ekonomi, kedokteran dan hukum menjadi primadona di kiosnya.Dari penjualan buku impornya tersebut, Nawir bisa mengantongi keuntungan kurang lebih Rp3 juta perbulan.
“Kadang bisa sehari sampai dua hari untuk datangkan buku baru. Rata-rata yang laris itu bidang kedokteran,” ujar Nawir ketika diwawancara oleh Bisnis, Jumat (12/12/2014).
Nawir pun menyebut bahwa para pembelinya terkadang tidak memperhatikan dan tidak mempunyai permintaan khusus terkait keaslian buku impor dagangannya tersebut, sehingga dirinya pun tak perlu pusing utuk mencarikan buku-buku permintaan konsumennya tersebut.
Berkah dari buku impor tersebut juga dirasakan oleh Abrar, yang juga pedagang buku impor di Pasar Senen. Namun bedanya dirinya tak terlalu menggantungkan penghasilannya dari buku-buku impor miliknya. Dirinya justru mendapatkan penghasilan lebih dari majalah-majalah impor.
“Semacam Playboy dan FHM versi internasional itu yang paling laris, bahkan edisi-edisi yang lawas itu juga masih laris” kata Abrar.
Dari seluruh konsumennya majalah impornya tersebut Abrar mengatakan bahwa rata-rata juga berasal dari kalangan mahasiswa.