Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Kota Bekasi dinilai perlu juga mengutamakan pembangunan kualitas perkotaan seiring gencarnya pembangunan fisik guna menciptakan kota metropolitan yang layak huni.
Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supritna mengatakan meski pembangunan fisik berlangsung dengan pesat, Kota Bekasi masih cukup jauh dari ideal kota metropolitan yang layak.
Pasalnya, dia menjelaskan kelayakan sebuah kota metropolitan tercermin dalam tiga indikator, yakni ketersediaan perumahan yang nyaman dan terjangkau, ketersediaan lapangan pekerjaan formal dan mobilitas penduduk yang baik.
Ketiga tersebut, ungkapnya, akan mendorong peningkatan kualitas hidup berkota dan kualitas manusia yang hidup di dalamnya.
"Kota Bekasi itu sebuah kota metropolitan dengan penduduk mencapai 2,6 juta jiwa, tapi masih gagap menjawab kebutuhan mendapatkan ruang terbuka hijau (RTH)," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (25/12/2014).
Yayat menuturkan pemkot mesti mendorong program penyediaan hunian terjangkau untuk mencegah perluasan kawasan kumuh. Pengembangan sektor ekonomi, jelasnya, juga perlu diarahkan pada upaya meningkatan penyerapan tenaga kerja lokal agar pertumbuhan sektor informal dapat dikendalikkan.
Selain itu, ungkapnya, hal terpenting yang perlu direalisasikan pemda adalah penyediaan sarana transportasi yang masif, layak, dan nyaman.
"Saat ini mobilitas susah, sehingga penggunaan kendaraan pribadi tinggi. Jaraka antar kota jadinya semakin jauh," ujarnya.
Menurut Yayat, pesatnya perkembangan sektor niaga dan jasa yang salah satunya tercermin dari besarnya pengembangan pusat perbelanjaan, perdagangan, serta menjamurnya pembangunan apartemen mesti disikapi dengan kritis. Dia menyatakan kondisi tersebut perlu dipertimbangkan sebagai upaya penyediaan sarana dan pembangunan kualitas bagi masayarakat Kota Bekasi atau
"Siapa sebetulnya penghuni apartemen? Pengunjung mal besar di Bekasi? Apakah orang Bekasi yang menikmati?"
Lebih lanjut, Yayat mengatakan penyediaan ruang terbuka hijau sebanyak mungkin menjadi keharusan bagi kota metropolitan. Bukan sekadar menghijaukan kota, jelasnya, RTH diperlukan sebagai ruang sosial yang membentuk identitas masyarakat kota.
"Jangan kota hanya sebagai tempat transit saja atau dormitory town sebab sekitar 18-20 jam dihabiskan di Jakarta. Bekasi mesti menjadi liveable city [kota layak huni]," ungkapnya.
Yayat mengatakan dengan menjadi layak huni, Kota Bekasi secara kualitas dan kenyamanan dapat diarahkan kepada green city, serta pada akhirnya menjadi smart city.