Bisnis.com, TANGERANG - Pemerintah Kota Tangerang menargetkan lelang ulang untuk pengoperasian armada bus rapid transit (BRT) mampu rampung dalam waktu dekat.
Setelah gagal saat lelang tahun lalu, Pemkot Tangerang melalui Dinas Perhubungan cukup optimistis lelang kali ini mampu menarik minat para pengusaha swasta. Pasalnya, jumlah penumpang BRT sudah mencapai 900 orang selama satu minggu uji coba diberlakukan.
“Kami mengharapkan akan ada pemenang lelang yang nantinya mengoperasikan BRT. Kami optimistis lelang ini akan menarik pengusaha secara bisnis. Memang pengumuman lelang baru dilakukan hari ini, tapi kami berharap pemenangnya segera bisa diumumkan pada akhir bulan ini karena ini lelang cepat,” kata Kepala Dishub Tangerang Saeful Rohma kepada Bisnis, Sabtu (21/1/2017).
Sejak Desember tahun lalu, Dishub Kota Tangerang telah melakukan uji coba koridor I BRT Tangerang dengan jurusan Poris Plawad-Jatiuwung.
Pada tahap awal uji coba, pemkot hanya mengoperasikan empat armada bus dari total 10 bus yang ada dan satu rute dari total empat rute. Untuk pemilihan rute Poris Plawad-Jatiwung, dirinya menilai jalur ini paling tinggi kebutuhannya.
“Sebelum ada pemenang lelang, BRT memang dikelola oleh Dishub Tangerang. Setelah ada pemenang lelang, Dishub dan pemenang lelang akan swakelola proyek BRT ini,” ucapnya.
Hingga saat ini, Dishub telah membangun 20 halte sebagai sarana pendukung operasional BRT tersebut. Halte itu berada di sisi kanan dan kiri jalan karena BRT Tangerang tidak menggunakan jalur khusus.
Bus BRT Tangerang dapat menampung hingga 60 penumpang dan mulai dari pukul 05.00 WIB-22.00 WIB. Pada masa uji coba, penumpang tidak dibebani biaya untuk menikmati layanan BRT Tangerang.
Setelah masa uji coba berakhir, pemkot akan mulai mengenakan tarif khusus Rp3.000 untuk umum dan Rp1.000 untuk pelajar. Untuk metode pembayaran, dirinya mengemukakan penumpang akan menggunakan tiket karcis dan secara perlahan sistem pembayaran akan diubah menjadi tiket elektronik.
BRT sendiri merupakan salah satu solusi pengembangan variasi transportasi publik yang bertujuan untuk mengurangi angka kemacetan. Sebagaimana diketahui, sebagian besar masyarakat Kota Tangerang bekerja di Jakarta sehingga BRT dibutuhkan sebagai alternatif moda transportasi, selain kendaraan pribadi.
Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah sempat mengungkapkan bahwa Tangerang membutuhkan solusi nyata untuk mengatasi kemacetan di kawasan ini, terutama di jalan arteri misalnya kawasan Bandara Soekarno Hatta.
Dirinya merinci beban mobilitas kendaraan dari Bandara Soekarno Hatta, mobilitas kendaraan industri yang jumlahnya mencapai 2.600 di Kota Tangerang dan 10.000 di Kabupaten Tangerang yang sebagian besar melintas melalui Kota Tangerang.