Bisnis.com, JAKARTA—Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo seringkali ‘dinakali’ pengujung. Misalnya, orang dewasa seringkali dengan sengaja menaiki wahana mainan anak-anak, yang tak pelak akan merusak fasilitas anak-anak tersebut.
Sepasang muda-mudi tertawa malu saat mendengar instruksi dari pengeras suara untuk turun dari permainan jungkat-jungkit yang ada di kawasan RPTRA Kalijodo, hari ini Sabtu (20/1/2018).
Sesuai peruntukkannya, wahana permainan yang ada di RPTRA yang terletak di perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta Utara ini memang ditujukan untuk anak-anak dan orang dewasa tentunya tak diperkenankan menaikinya.
Adalah para pengelola RPTRA Kalijodo yang dengan sigap menegur para orang dewasa yang “nakal”.
Salah satu pengelola yang ditemui Bisnis adalah Sarah Asyifa (28). Wanita yang biasa dipanggil Syifa ini merupakan salah satu dari enam pengelola yang bertugas di RPTRA Kalijodo.
Keenam pengelola ini merupakan karyawan kontrak yang biasanya bergantian jaga dalam dua shift yaitu pertama dari pukul 05.00-1.00 sementara shift kedua jam 13.00-22.00 dari Senin hingga Minggu.
Berdasarkan data yang dimiliki Syifa, di akhir minggu setidaknya ada 1.000 orang yang mengunjungi RPTRA Kalijodo ini, sementara di hari kerja jumlahnya hanya sekitar 200 orang saja.
“Jumlah itu yang berhasil kita catat aja, mungkin hitungannya bisa lebih kalau ditambah orang yang nggak isi buku tamu,” tutur Syifa.
Jumlah itu, menurut Syifa, sedikit menyusut kala hujan tiba. Seperti saat Bisnis berkunjung Sabtu (20/1/2018) suasana terasa tidak terlalu ramai padahal merupakan akhir pekan.
Syifa bercerita, kesadaran masyarakat menjadi salah satu hal yang amat ia perhatikan selama gilirannya bertugas.
Seringkali masyarakat abai terhadap peraturan-peraturan seperti harus melepas sandal di toilet, membuang sampah pada tempatnya, tidak menaiki/menggunakan permainan anak, dan tidak mengawasi anak saat bermain.
Biasanya jika suasana tidak terlalu ramai, pengelola akan menghampiri dan memberi tahu sang pelanggar, tapi tak jarang juga untuk lebih memudahkan tugas pengelola, teguran diberikan melalui pengeras suara.
Teguran melalui pengeras Suara ini diakui Syifa cukup jitu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang berkunjung ke RPTRA.
“Karena [lewat pengeras suara] semua orang dengar, terus biasanya jadi malu sendiri. Nah, yang lain juga jadi sadar untuk tidak melakukan itu karena takut kena tegur juga,” ujarnya sambil tertawa.
Syifa pun berharap kesadaran masyarakat terus meningkat dan mau sama-sama memelihara ruang publik agar bisa terus digunakan dengan baik kedepannya.