Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anies: Persolan Tanah Abang Jangan Dijadikan Wacana Politik

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta semua pihak tidak melihat sisi negatif penataan kawasan Tanah Abang yang sedang dilaksanakan oleh Pemprov DKI.
Mobil angkutan umum diparkir menutup jalan Jatibaru, Tanah Abang, sebagai bentuk protes terkait kebijakan Pemprov DKI yang menutup jalan untuk kendaraan di depan Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Senin (29/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Mobil angkutan umum diparkir menutup jalan Jatibaru, Tanah Abang, sebagai bentuk protes terkait kebijakan Pemprov DKI yang menutup jalan untuk kendaraan di depan Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Senin (29/1)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta semua pihak tidak melihat sisi negatif penataan kawasan Tanah Abang yang sedang dilaksanakan oleh Pemprov DKI.

Hal itu terkait permintaan perwakilan sopir angkot Tanah Abang agar Anies dan Sandiaga Uno segera membuka Jalan Jatibaru Raya yang saat ini ditutup untuk kios pedagang kaki lima (PKL).

"Saya berharap persoalan Tanah Abang ini jangan dijadikan sebagai wacana politik. Ketika dijadikan wacana politik, kita tidak berdiskusi lagi soal teknokrasi isunya," katanya di Balai Kota, Kamis (8/3/2018).

Dia menuturkan jika dilihat dari kacamata objektif, masyakat akan melihat lalu-lintas di sana dan orang berdagang.

Namun, apabila dilihat dari sisi politis maka akan menjadi siapa di posisi apa, lalu sikapnya.

"Mari lihat persoalan Tanah Abang ini semata mata sebagai masalah teknokratik. Saya juga begitu melihatnya," imbuhnya.

Anies menambahkan Pemprov DKI tetap akan membuka ruang diskusi dengan perwakilan sopir angkot Tanah Abang.

Bukan itu saja, dia juga telah menginstruksikan Dishubtrans DKI harus menyiapkan selisih antara biaya yang dikeluarkan dan pemasukan oleh operator.

"Kira-kira sudah dua minggu lalu dikajianya supaya bisa dimasukkan dalam anggaran [subsidi Transjakarta]," ucapnya.

Perwakilan Sopir Angkot Tanah Abang Abdul Rosyid mengatakan sebagian besar pemilik keberatan dengan target yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu para sopir harus bisa beroperasi sepanjang 190 kilometer setiap hari. 

"190 km itu target. Sementara, trayek saya enggak sampai segitu. Satu kali jalan paling 10 km. Kalau setengah hari 5 keliling ya 50 km, seharian mentok di 100 km. Gimana cara mencapainya?" ujar pemilik angkot M08 jurusan Tanah Abang Kota, Rabu (6/3/2018).

Dia menilai target yang ditetapkan pemerintah tidak masuk akal dan menyulitkan pemilik angkot untuk mencapainya. Padahal, jika mengikuti skema tersebut, angkot-angkot itu akan dipasang alat GPS sehingga bisa terpantau berapa km yang telah ditempuh. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper