Bisnis.com, JAKARTA - Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) DKI Jakarta mengatakan ada 113 titik rawan peredaran narkoba di Ibu Kota.
Kepala BNNP DKI Jakarta Brigjen Johnypol Latupeirissa mengatakan titik-titik tersebut tersebar di kawasan perkampungan hingga tempat-tempat hiburan.
“Semua rata. Artinya, wilayahnya menyebar di DKI Jakarta,” kata Johnypol saat ditemui di kantor BNNP DKI Jakarta, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (20/12/2018).
Johnypol menuturkan, peredaran barang haram di kawasan kumuh telah menjadi sebuah fenomena.
Para pengangguran di daerah-daerah kumuh kerap dimanfaatkan sebagai kurir oleh para bandar besar atau sindikat. Mereka diupah satu kantong narkoba setiap kali berhasil menjual barang itu dalam jumlah tertentu.
Para kurir ini akan menjual barangnya lewat jaringan-jaringan pribadi mulut ke mulut. Mereka juga acap menggunakan motif penjualan secara daring atau online. Sasaran para pengedar dalam skala kecil ini umumnya pekerja.
Baca Juga
Menurut data yang dihimpun BNNP DKI Jakarta, pengguna narkoba mayoritas sudah memiliki pekerjaan. Angka pengguna narkoba dengan latar belakang pekerja tersebut mencapai 54 persen.
Pengguna yang masih menyandang status pelajar ialah 27 persen. Sisanya menganggur.
Adapun ditilik dari pendidikannya, rata-rata pengonsumsi narkotika ialah kelompok orang yang menyandang tamatan SMA. Sedangkan dari jenis kelaminnya, pengguna narkoba di Jakarta didominasi laki-laki.
“Perempuan 17 persen, sisanya laki-laki,” ucap Johnypol.
Saat ini, narkotika yang paling banyak beredar di Jakarta ialah jenis sabu-sabu, ganja, dan ekstasi. BNNP juga masih terus menyelidiki munculnya narkoba jenis baru.