Bisnis.com, JAKARTA–Pengamat transportasi dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adi Winarto mengatakan digratiskannya tarif MRT tidak serta merta membuat masyarakat tertarik menggunakan moda transportasi umum tersebut.
Seperti diketahui, Komisi B DPRD DKI Jakarta menyarankan agar penggunaan MRT digratiskan untuk sementara waktu untuk meningkatkan animo masyarakat.
Adapun biaya modal dan serta alokasi keuntungan sebesar 10% dari pengoperasian MRT dihapus dari komponen public service obligation (PSO) agar anggaran yang perlu dikeluarkan bisa ditekan.
Biaya modal untuk mengoperasikan MRT dalam waktu satu tahun adalah sebesar Rp73,62 milliar yang terdiri dari penyusutan rollingstock serta AFC system. Margin keuntungan dari operasional MRT yang sebesar 10% dari seluruh total biaya sarana mecapai Rp56,9 milliar.
"Kalau alasannya untuk membuat orang lebih tertarik ikut MRT itu menarik tapi kan dikatakan bahwa itu hanya sementara jadi goalnya itu apa? Alasan masyarakat tidak menggunakan transportasi umum bukan tarif," Yoga, Rabu (20/3/2019).
Menurutnya, kemudahan mengakses moda transportasi serta kenyamanan merupakan faktor yang menentukan apakah masyarakat akan bergeser dari kendaraan pribadi menuju transportasi umum.
Lebih lanjut, dengan beroperasinya MRT perlu dibarengi dengan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Selama penggunaan kendaraan pribadi masih murah, maka semakin sulit menggeser masyarakat ke MRT.
"Semudah apa untuk kita menggunakan kendaraan pribadi, sekarang practically hanya ganjil genap untuk membatasi mereka, parkir juga hanyak dibatasi oleh kantor," kata Yoga.
Yoga pun menerangkan negara-negara lain memiliki regulasi yang ketat untuk membatasi penggunaan dan pembelian kendaraan pribadi.
"Harus ada penyesuaian di sini, ketika investasi besar-besaran harus ada pengetatannya," lanjutnya.