Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RSUD KOTA TANGERANG: Rumah Sakit Daerah Bergaya Kota

Namanya memang rumah sakit daerah, tapi bukan berarti tak bisa tampil modern dan tertata.
RSUD Kota Tangerang/Bisnis.com-Dini Hariyanti
RSUD Kota Tangerang/Bisnis.com-Dini Hariyanti

Bisnis.com, TANGERANG— Namanya memang rumah sakit daerah, tapi bukan berarti tak bisa tampil modern dan tertata.

Itulah kesan pertama yang terasa saat datang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tangerang. Fasilitas kesehatan ini menempati lahan seluas 14.000 meter persegi (m²). Bangunan setinggi delapan lantai ini berkonsep modern minimalis. Biasanya karakter seperti ini hanya dipakai rumah sakit swasta. 

Empat pilar berlapis panel biru terpancang di sepanjang teras. Selain dinding berlapis panel, seluruh kaca terlihat seperti kaca gedung perkantoran yang tak tembus pandang dan berlapis film kebiruan.

Pelataran di ruang utama berisi jejeran kursi terpajang rapi. Di sinilah calon pasien menunggu giliran untuk menuntaskan proses pendaftaran. Tidak ada antrean semerawut, karena masing-masing punya nomor urut yang keluar otomatis dari mesin.

Petugas keamanan maupun pelayanan konsumen tak terlihat cemberut. Mereka tersenyum, menyapa, menyambut, dan mengarahkan. Meja registrasi diisi sekitar lima orang wanita berbatik merah, sepatu hak, rambut dicepol, dan berdandan tipis.

Petugas di bagian registrasi maupun pusat informasi sibuk dengan komputer masing-masing. Secara keseluruhan, RSUD yang diresmikan pada 10 Maret 2014 ini tampak sangat apik untuk ukuran rumah sakit daerah Tipe C nonkelas.

"Suster [dan petugas medis lain] ramah-ramah. Sejauh ini semua katanya free, obat-obat juga gratis," ujar Rohmah Fauziah, pasien perempuan berusia 26 tahun yang dirawat karena demam berdarah.

Saat bertemu dengan warga Ciledug pada pertengahan pekan lalu dia memasuki perawatan hari keempat di RSUD Kota Tangerang. Perempuan ini diopname dengan status pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Tak Kesulitan

Rohmah mengaku tak ada kesulitan saat mengurus pendaftaran rawat inap. Dia mendapat rujukan dari Klinik Sudimara, fasilitas kesehatan pertama yang dijangkau untuk mendapatkan pertolongan pertama.

Ditanya sikap dokter, Faisal Afriyani (30), suami Rohmah, tak menjelaskan detail seinformatif apa dokter yang menangani Rohmah.

"Karena saya juga tidak banyak bertanya. Dokter menjelaskan yang perlu kami ketahui saja," tuturnya.

Komentar positif dikemukakan pula oleh Rohaitul Jannah (21), warga Batuceper, Kota Tangerang.

"Enggak susah masuk ke sini, enggak bayar apa-apa," ucapnya.

 Rohaitul Jannah melahirkan anak pertamanya di RSUD Kota Tangerang setelah mendapat rujukan dari bidan pertama yang menanganinya. Di rumah sakit ini dia ditangani seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan Agus dan Maureen, serta Bidan Widya.

Poin lain yang saya garis bawahi selain tata bangunan yang tak seperti kebanyakan rumah sakit daerah serta suasana yang bersih adalah ruang rawat inap. RSUD Kota Tangerang memang tak memberlakukan sistem kelas, tetapi pasien tetap ditempatkan di kamar.

Fasilitas Ruangan

Setiap kamar cuma diisi empat tempat tidur, dua pendingin ruangan, dan dilengkapi dengan kamar mandi. Sekarang, total tempat tidur yang tersedia 150 unit. Kamar rawat inap di RSUD ini setara kelas dua di rumah sakit swasta.

Fasilitas kesehatan tersebut berdiri di Jl. Pulau Putri Raya No. 191, Kelurahan Kelapa Indah, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Pembangunannya melalui dua tahap, pertama pada 2012 pembangunan struktur RS sampai dengan lantai lima, dilanjutkan penyelesaian tiga lantai tambahan yang seluruhnya kelar pada November 2013.

Sejumlah fasilitas kesehatan utama yang dimiliki RSUD ini adalah Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Jalan dengan empat bidang spesialistik dasar dan enam bidang spesialistik tambahan lain, Instalasi Rawat Inap, HCU, ICU, PICU, NICU, OK, VK, radiologi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, ruang jenazah, dan lain-lain.

"Kami rumah sakit pemerintah pertama yang terapkan rekam medis elektronik untuk rawat jalan," kata Kepala Instalasi Manajemen Rekam Medik dan Instalasi Kesehatan RSUD Kota Tangerang Romaden Marbun saat ditemui di kantornya pekan lalu.

Tak hanya untuk menentukan nomor antrean calon pasien jelang pendaftaraan, tetapi sistem yang terkomputerisasi itu juga bisa mengecek tempat tidur kosong. Sebagai contoh, dokter yang hendak merujuk pasien rawat inap bisa langsung memeriksa ketersediaan bed.  

Okupansi

Tingkat okupansi tempat tidur di rumah sakit ini berkisar 70% - 75% selama Januari - April tahun ini. Pada awal tahun lalu, saat baru mulai beroperasi dan tempat tidurnya baru ada 60 unit, bed ocupation ration (BOR) di atas 85%.

Setelah tempat tidur bertambah jadi 150 unit persentase BOR berubah jadi 53%. Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang hendak meningkatkan kuantitas menjadi 300 tempat tidur pada tahun ini. Manajemen rumah sakit menantikan realisasi rencana ini.

Selama empat bulan pertama tahun ini, pasien instalasi gawat darurat (IGD) di RSUD Tangerang berjumlah 7.985 orang. Terbanyak tentu pasien rawat jalan mencapai 35.413 orang, sedangkan rawat inap 4.205 pasien.

RSUD Kota Tangerang tidak hanya menangani pasien umum tetap juga BPJS Kesehatan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Kota Tangerang (JPKMKT). Sepanjang tahun lalu rumah sakit ini menangani pasien rawat jalan pengguna JPKMKT berjumlah 36.742 orang, 8.586 BPJS Kesehatan, dan 4.273 umum.

Untuk pasien IGD yang menggunakan JPKMKT sejumlah 30.663 orang, BPJS Kesehatan 4.080 orang, dan 3.677 lainnya pasien umum. Sementara, untuk rawat inap sekitar 5.605 yang memanfaatkan JPKMKT, 883 orang pakai BPJS Kesehatan, dan 467 pasien umum.

Untuk menangani ribuan pasien, RSUD Kota Tangerang diperkuat 47 dokter spesialis terdiri dari 16 bidang spesialis termasuk subspesialis. Dokter umum yang turut praktik sekitar 26 orang.

"Kadang konsep orang yang bekerja untuk pasien hanya dokter. Padahal ada perawat, ahli gizi, laboratoriun, radiologi, farmasi, laundry, rekam medis, dan lainnya," ujar Marbun.

Kendati demikian, Marbun mengaku RSUD Kota Tangerang tetap jauh dari sempurna. Sejumlah hambatan yang digarisbawahi adalah minimnya sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kesesuaian antara latar belakang pendidikan dengan bidang yang dijalani.

Sekalipun SDM bersangkutan bekerja sesuai latar belakang pendidikannya, tetapi belum tentu terlatih. Bukan cuma soal SDM, masih dirasakan kesenjangan antara gaji karyawan yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dan non-PNS.

 

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper