Bisnis.com, JAKARTA--Sekelompok penumpang antri, berkemeja kerah putih dan batik bebaris rapi, sambil bersenda gurau menanti kedatangan bus Transportasi Jakarta atau yang sering disebut Transjakarta.
Tampak Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo berjalan kaki keluar gerbang BI, menuju halte Bank Indonesia Transjakarta. Mengeluarkan tiket elektronik, menunjukkan ke juru foto lalu menempalkan pada reader kartu.
"Ini ya.. Cukup tempel dan jalan," ungkapnya sambil menunjukan tiket elektroniknya, Senin (18/8/2014)
Bak teman lama bertemu kembali. Agus menyapa orang-orang yang telah menanti kehadirannya. Mereka yang telah menanti adalah direksi-direksi bank yang telah dan belum mengeluarkan uang elektronik sebagai instrumen pembayaran non tunai.
Dua penjaga pintu Transjakarta berompi merah, menyambut penumpang yang hendak naik ke bus. Agus duduk sembari berbincang dengan bankir-bankir.
Presiden Direktur PT Bank Internasional Indonesia Tbk Taswin Zakaria memilih ngobrol dengan Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja, sambil menyandarkan tubuh di bagian penyambung bus.
Sepanjang perjalanan, Agus berbincang pada bankir. Sesekali tampak juga, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk BUdi Gunadi Sadikin berfoto selfie sambil berdiri dengan bankir-bankir lain.
PERAN BANK SENTRAL
Bank Sentral selau otoritas yang berperan dalam mengawasi sistem pembayaran secara resmi mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT). Kegiatan ini merupakan bagian dari peringatan HUT ke-69 Republik Indonesia di Bank Indonesia.
Pencanangan ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah serta Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia sebagai komitmen untuk mendukung GNNT.
Agus mengungkapkan tiket elektronik berfungsi sebagai sarana pembayaran non tunai yang mudah, aman dan efisien.
Agus mengungkapkan GNNT ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, sehingga berangsur-angsur akan terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang menggunakan instrumen non tunai atau sering disebut less cash society.
"Ini bentuk komitmen atas perluasan penggunaan instrumen non tunai dan kami akan menjadikan GNNT sebagai gerakan tahunan," ungkapnya.
Namun dalam menggalakan GNNT, lanjutnya, masih perlu peningkatan pemahaman masyarakt dalam menggunakan instrumen non tunai dalam melakukan transaksi pembayaran.
Melalui kerja sama antara BI, pemerintah pusat dan pemda serta pelaku industri sistem pembayaran, Agus mengharapkan agar ke depannya masyarakat dapat menggunakan instrumen non tunai dalam aktivitas ekonominya, sehingga masyarakat non tunai dapat diwujudkan.
Agus mengungkapkan kini jumlah uang yang beredar mencapai Rp450 triliun, dan kalau sudah memasuki Lebaran bisa mencapai Rp550 triliun. Jika dilihat dari sistem pembayaran, baik dari sisi pembayaran besar melalui RTGS (Real-Time Gross Settlement) dan pembayaran kecil menggunakan uang tunai.
Direktur Konsumer dan Retail PT Bank Negara Indonesia Tbk Darmadi Sutanto mengungkapkan edukasi kepada masyarkat menjadi bagian penting. Dan kini kalangan perbankan komitmen juga memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Kami juga akan semakin meningkatkan keamanan uang elektronik," ungkapnya. GNNT diselenggarakan di Mangga Dua Mall, Jakarta yang merepresentasikan pusat transaksi keuangan.
Wakil Direktur Utama PT Bank Permata Tbk Roy Arman Arfandy mengungkapkan perusahaan yang kini dia pimpin telah memiliki uang elektronik. "Kami berencana untuk masuk ke Transjakarta," ungkapnya.
Roy menuturkan permohonan untuk turut serta dalam Tranjakarta memang belum diajukan, akan tetapi perseroan menargetkan rencana tersebut akan direalisasikan pada tahun depan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama mengatakan transaksi non tunai bisa mencegah adanya korupsi, sebab dana yang masuk dan keluar akan terekam.
Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung mengungkapkan syarat menjadi negara maju adalah transaksi non tunai makin tahun harus semakin kecil.
"Kalau ingin transaksi tunai makin kecil, maka orang Indonesia harus bisa mengakses lembaga keuangan, baik bank dan non bank," ungkapnya.
Hingga kini, lanjutnya, masih 20% rakyat Indonesia yang bisa akses ke bank. Chairul menegaskan bahwa tugas pemerintah bersama industri perbankan, untuk meningkatkan persentase pengguna jasa keuangan. Perningkatan bisa dilakukan bertahap, dari 20% menjadi 40%, lalu 60% dan targetnya bisa 100% rakyat Indonesia bisa mengakses layanan keuangan bank.
Chairul mengungkapkan transaksi non tunai juga bisa menghasilkan efisiensi, apalagi menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Menurutnya, gerakan non tunai merupakan salah satu pembenahan untuk meningkatkan kualitas bangsa. (nsi)