Bisnis.com, BOGOR- Forum Pindang Nasional (Forpinas) mencatat kontribusi sektor perpindangan untuk perikanan Indonesia dinilai cukup besar mencapai sekitar Rp16 triliun.
Ketua Forpinas Tony Marta Johan mengatakan kontirbusi tersebut merujuk pada nilai jual Rp16.000 per kg.
Menurutnya serapan tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahan ikan pindang mencapai rerata 40 orang per ton ikan per hari.
"Produksi ikan pindang per tahun mencapai 1,1 juta ton. Tinggal dikalikan saja dengan harga jual," paparnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Rabu (22/10/2014).
Dia memaparkan tingkat konsumsi pindang tertinggi selama ini diserap oleh daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Utara.
Adapun, jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku pindang selama ini antara lain ikan layang, tongkol, dan ikan kembung. Kesemua jenis ikan itu, lanjut Tony dianggap relatif cukup murah kendati harus berebutan dengan pasar-pasar lainnya.
Dia menambahkan hambatan lain untuk pengolahan ikan pindang terdapat pada bahan baku ketika menginjak musim paceklik yang tidak mencukupi akibat ketersediaan ikan berkurang.
Kendati demikian, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menggulirkan program Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) sebagai Solusi mengatasi langkanya bahan baku ikan di Indonesia.
"Inilah yang kami harapkan selama ini. Sebagai mitra pemerintah, kami menyambut baik program SLIN untuk mencukupi ketersedianya bahan baku ikan nasional khususnya pemindangan," ujarnya.
Lebih lanjut, Tony mengingatkan pemerintah untuk tidak mengimpor bahan baku ikan pindang agar produksi dalam negeri bisa terus tumbuh dan tetap melibatkan tenaga kerja lokal di kawasan kelautan Indonesia.