Bisnis.com, JAKARTA-- Petugas quality control Restoran Marche, Thomas Sjamsul, menampik tudingan bahwa Marche menagih biaya listrik seperti yang ramai dibicarakan di media sosial.
Menurut Thomas, biaya Rp 400 ribu yang dikeluhkan seorang pelanggan restorannya adalah biaya penggunaan ruang privat.
"Kami tidak pernah membebankan tarif listrik. Bahkan kami sediakan beberapa stopkontak cuma-cuma," katanya dalam klarifikasinya, Senin (6/4/2015).
Akhir pekan lalu, restoran bergaya pedesaan Swiss, Marche, ramai dibicarakan di media sosial. Sebab, restoran ini dianggap berlebihan karena membebankan tagihan biaya listrik sebesar Rp 400 ribu kepada pelanggannya.
Samsul mengatakan protes ini sebenarnya sudah diketahui pihak Marche. Menurut dia, pelanggan yang memprotes di media sosial itu datang ke Restoran Marche di Plaza Senayan pada Senin (23/3/2015). Saat itu si pelanggan datang bersama sepuluh rekannya dan menyatakan ingin mengadakan rapat.
Bon Tagihan
Menurut Sjamsul, manajer restoran saat itu sudah menjelaskan ihwal adanya biaya tambahan untuk menggunakan ruangan privat. Bahkan, setelah tiga jam mereka rapat dan membayar bon tagihan dengan kartu kredit BII atas nama Marita, tak ada yang bertanya tentang biaya yang tertera di bon.
"Kabar yang beredar tentu merugikan reputasi kami dan membuat karyawan kami khawatir kehilangan pekerjaan," katanya.
Menurut dia, tarif ruang privat memang lazim dikenakan oleh Marche. Bahkan, Marche menyediakan paket rapat untuk maksimal 40 orang. Dengan membayar sekitar Rp 2,5-4,5 juta, pelanggan yang memesan paket rapat itu akan mendapatkan hidangan berupa canape, kopi atau teh, dan jus segar atau lemonade.
Pelanggan juga bebas menggunakan proyektor LCD, papan tulis, note, pulpen, dan rol kabel.
Biaya Ruangan
Jika ingin menggunakan ruang privat tanpa paket tersebut, pelanggan akan dikenai biaya ruangan sebesar Rp185.000 per jam, tergantung pada kapasitas dan luas ruangan.
Berdasarkan pantauan di Marche kemarin, tak ada satu pun stopkontak di area lantai dua restoran tersebut. Tapi pelayan menawarkan penitipan gadget yang akan diisi daya di resepsionis restoran. Setelah memberi gadget kepada resepsionis, lalu diberi kartu yang memuat nomor, sama dengan pelayanan di tempat penitipan barang di tempat umum.
Ketika Tempo hendak membayar tagihan, gadget yang tadi diisi daya dikembalikan. Dari dua kartu pesanan, tercatat lima item yang dimasukkan ke dalam bon tagihan. Tak ada tagihan listrik yang dicantumkan di sana. Hanya ada tagihan makanan, minuman, serta pajak restoran 10 persen.
"Kami memang tak punya tombol tagihan listrik di sini," kata penjaga kasir yang tak mau disebutkan namanya, Senin (6/4/2015).