Bisnis.com, JAKARTA-- Perekonomian Kota Jakarta pada triwulan I/2015 tumbuh 5,08% atau melambat dibanding triwulan I/2014 (year on year) yang mencapai 6,01%. Capaian ini merupakan kondisi terendah sejak 2011.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta Nyoto Widodo mengatakan, perekonomian Jakarta pada triwulan I/2015 diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp471,01 triliun.
"Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha, kecuali pertambangan dan penggalian. Kondisi ini merupakan pertumbuhan terendah sejak 2011, yaitu sebesar 6,5%. Setelah pada triwulan I/2009 pertumbuhan ekonomi Jakarta hanya berkisar 5,02 %," katanya dalam jumpa pers Pertumbuhan DKI Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Dikatakan, rendahnya pertumbuhan di triwulan I/2015 masih bisa ditolerir lantaran penyerapan anggaran pemerintah DKI masih belum maksimal. Kendati demikian, dia meminta semua pihak waspada agar kondisi ini tidak berlanjut di triwulan selanjutnya.
"Triwulan I ibaratnya kondisi perekonomin bangun tidur. Namun, pemerintah dan pengusaha harus mampu membangkitkan roda perekonomian DKI hingga akhir tahun nanti," ujarnya.
Jika dilihat dari lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 9,45%. Sementara itu, dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen pengeluran konsumsi rumah tangga 5,09%.
"Meski tak dominan, ternyata kontribusinya cukup besar. Lapangan usaha lain yang juga ikut menyumbang pertumbuhan a.l. Jasa lainnya 7,9%, jasa keuangan 7,5%, dan transportasi 7,5%," lanjutnya.
Struktur perekonomian Jakarta triwulan I/2015 didominasi oleh tiga Lapangan Usaha Utama yaitu perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 16,8%, industri pengolahan sebesar 13,9% dan konstruksi 13,3%. Dari sisi pengeluaran didominasi konsumsi rumah tangga 59,1%, dan pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) 41,2%.