Bisnis.com, DEPOK - Lutfi, 45, sibuk bukan main mengecek ponsel pintar yang ada di tangan kanannya. Dia tampak memeriksa siapa calon penumpang yang akan dijemput.
"Wah belum ada penumpang yang masuk nih," ujarnya saat ditemui di Kantor Go-Jek Jalan M. Yusuf, Sukmajaya Kota Depok, Rabu (24/6/2015).
Sambil menunggu penumpang yang masuk via ponsel pintarnya itu, Lutfi kembali bercengkrama dengan puluhan calon driver yang hendak mendaftar jadi pengojek. Kebetulan, Go-Jek cabang Depok baru dibuka seminggu terakhir ini.
Kedatangan Lutfi ke kantor Go-Jek Depok tak lain untuk mengambil masker yang akan dibagikan ke penumpang. Masker itu menjadi salah satu fasilitas yang diberikan gratis dari Go-Jek. Dari pada ambil masker di kantor pusat Jakarta, kata dia, mending ambil di kantor terdekat.
Maklum, dia baru saja mendapat orderan di kawasan Depok. Jadi, dia tinggal cari penumpang di kawasan yang tak jauh ketika dia menurunkan penumpang sebelumnya."Kalau mendapat penumpang tidak tentu, ada yang di Depok ada juga yang di Jakarta," kata pria asal Citayam ini.
Lutfi menuturkan dirinya telah menjadi driver Go-Jek sejak Januari lalu. Dia rela banting setir dari pekerjaannya dulu sebagai karyawan perusahaan karoseri di Depok. Alasannya, pendapatan Go-Jek lebih menjanjikan.
Bandingkan saja, ketika jadi pegawai swasta, dia hanya mampu menggondol Rp3 juta per bulan termasuk uang bonus dari perusahaan. "Selama ngojek di Go-Jek saya bisa sampai terima Rp5 juta-Rp6 juta per bulan," ujarnya.
Rezeki Lutfi sejak bergabung di Go-Jek berubah drastis. Selain pekerjaan yang dianggap lebih santai, dia juga mengaku punya waktu lebih lama untuk keluarga.
Dalam 1 hari, Lutfi bisa antar-jemput 8-10 penumpang dengan tujuan Depok, Bekasi dan Jakarta. Hitungannya, penumpang bayar setiap 5 kilo meter Rp25.000. Keuntungannya, kata dia bagi dua dengan Go-Jek. 80% untuk dirinya, 20% untuk Go-Jek.
Modal jadi driver Go-Jek kata dia tidak terlalu ribet. Cukup isi formulir, wawancara, serahkan KTP, KK, STNK, dan tes kesiapan kendaraan. "Nanti dikasih helm, jaket dan ponsel beraplikasi khusus," ujarnya.
"Tapi driver harus punya akses jaringan internet yang kuat buat transaksi via aplikasi. Saya paling sebulan habisin pulsa Rp60.000. Buat telpon penumpang Rp200.000, dan uang bensin Rp30.000 per hari. Tapi itu semua sudah ketutup dari pendapatan," katanya.
Sejak GO-Jek dibuka di Depok seminggu, puluhan warga terlihat antre untuk mendaftar calon pengendara Go Jek Cabang Kota Depok. Tak terkecuali pada Rabu (24/6/2015).
Rohmatin, 32, warga Cengkareng Jakarta, mengatakan dirinya datang ke Go-Jek Kantor Wilayah Kota Depok sengaja pagi untuk memeroleh antrean utama. "Saya ini sebetulnya seorang pengojek juga yang setiap harinya mangkal di Halte Indosiar," ujarnya.
Dia menuturkan ketertarikannya bergabung di Go-jek lantaran beberapa temanya sesama pengojek sudah jadi driver Go-Jek yang pendapatannya lebih besar. Selama jadi pengojek pangkalan, per hari pendapatan Rohmatin sekitar Rp70.000. "Saya ingin menambah penghasilan," ujarnya.
Di tempat yang sama, Muhammad Hakim, 32, seorang pegawai swasta rela keluar dari pekerjaannya demi mendaftar jadi pengendara Go-Jek.
Hakim yang juga warga Cengkareng datang bersama Rohmatin sepagi mungkin untuk memeroleh antrean paling awal. "Saya sebelumnya kerja wiraswasta, tertarik jadi pengendara Go-Jek karena prospektif," ujarnya.
Pendapatan Go-Jek itu cenderung besar dibanding penghasilan profesi lain. "Apalagi sekarang cari kerja susah," ujarnya.
Sementara itu, Supervisor Go-Jek Kota Depok, Ivon menuturkan saat ini pendaftar driver di Depok sudah mencapai lebih dari 100 orang. "Kalau untuk driver yang sudah beroperasi masih di bawah 50," ujarnya.[]