Bisnis.com, TANGERANG—Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten berharap penjajakan antara RI dan Turki bergulir serius sehingga membuka opsi pasar ekspor baru.
Kepala Disperindag Banten Mashuri menyatakan ada dua negara yang belakangan dikabarkan tengah saling menjajaki, yaitu Turki dan Rusia. Pemprov Banten berharap pelaku industri nonmigas cukup mumpuni untuk menembus pasar dua negara ini.
Pada akhir pekan lalu terjadi pertemuan bisnis antar pengusaha asal RI dan Turki sekitar 300 orang di Jakarta. Acara ini rentetan dari kedatangan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia.
Pemprov Banten berharap pengusaha dapat memanfaatkan secara maksimal peluang ekspor baru seperti ke Turki. "Perdagangan di sektor apa saja bisa, baik dari industri padat karya maupun padat modal asalkan ada kebutuhan dan itu bisa kita penuhi," tutur Mashuri kepada Bisnis, Rabu (5/8/2015).
Opsi yang dilirik Indonesia untuk memperlebar kesempatan ekspor ke Turki adalah persetujuan perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA). Pemerintah juga menginginkan ada tinjauan lebih dalam soal hambatan dagang RI-Turki.
Selain itu, tersiar kabar akan dibentuk joint economic commision antara dua negara guna menelaah sektor mana saja yang potensial untuk dikerjasamakan. Saat ini posisi Turki adalah rekan dagang RI ke-7 di Eropa yang menghasilkan surplus US$415 juta pada tahun lalu.
Negara tujuan ekspor utama sektor nonmigas di Banten adalah China, AS, dan Jepang. Tiongkok menyumbang US$68,83 juta pada Juni, Negeri Sakura menghasilkan US$62,49 juta, sedangkan dari Paman Sam mencapai US$155,59 juta alias yang terbanyak.
Secara keseluruhan terdapat 12 negara tujuan utama ekspor yang menghasilkan US$3,31 miliar. Angka ini setara 69,61% ekspor nonmigas Banten yang mencapai US$4,76 miliar pada semester pertama. Kumulatif selama semester pertama ke 12 negara tujuan utama turun 5,36% (yoy).