Bisnis.com, JAKARTA— Di antara pelamar yang ingin menjadi pengemudi Go-Jek, ternyata ada yang bergelar sarjana.
Wajah Andri, 30, tampak lega setelah menenteng satu kardus berisi atribut pengemudi Go-Jek.
Untuk mendapatkan atribut itu, lulusan S-1 jurusan Ilmu Komunikasi dari sebuah universitas swasta di Jakarta ini rela antre di bahwa terik matahari bersama ribuan orang pelamar untuk menyelesaikan proses perekrutan menjadi pengemudi Go-Jek.
“Saya sudah antre delapan jam,” kata Andri saat ditemui di Hall A Lapangan Basket Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (14/6/2015).
Dia datang ke sana pukul 8 pagi dan baru merampungkan pendaftaran pada pukul 4 sore. Andri adalah satu dari ribuan orang yang antre untuk mendaftar menjadi pengemudi ojek online,di seputaran Senayan sejak Selasa lalu.
Andri mengaku tertarik menjadi pengemudi Gojek untuk menambah pemasukannya setiap bulan. Teman-temannya yang sudah bergabung dengan Go-Jek lebih dulu sudah meraup penghasilan rata-rata Rp4 juta per bulan. Padahal, teman-temannya juga punya pekerjaan lain.
Andri sendiri sehari-hari mengurusi usahanya di bidang makanan di daerah Ciledug, Jakarta Selatan. Sebelum mendaftar menjadi pengemudi Go-Jek, Andri terlebih dulu mendaftarkan kafenya ke dalam jaringan Go-Food yang ada di dalam aplikasi Go-Jek.
“Jadi, supaya kerjanya sekalian. Bisa tarik penumpang dan antar makanan,” kata dia.
Menyenangkan
Alasan lainnya, kata Andri, lebih menyenangkan menjadi pengemudi Go-Jek daripada kerja kantoran. Dia mengaku ingin lebih mempunyai banyak waktu luang, sesuatu yang tak bakal diperoleh dengan bekerja kantoran.
“Saya juga tak suka duduk diam di belakang meja seperti kebanyakan teman-teman.”
Tak hanya Andri, Hermawan, seorang sarjana jurusan penyiaran, juga memilih melamar menjadi pengemudi Go-Jek. Dia bukannya belum punya pekerjaan. Hermawan pernah bekerja di beberapa media televisi dan kini bekerja lepas di sebuah perusahaan event organizer.
“Lumayan kan bisa menambah pemasukan,” kata dia ketika ditanya mengenai motivasinya.