Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Momen Lebaran, Warga Bogor & Sekitarnya Menahan Untuk Beli Rumah

Kendati kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok dan Bekasi termasuk sebagai wilayah backlog perumahan, namun penjualan hunian bersubsidi di Bodebek tersebut pada semester pertama tahun ini melambat.
Ilustrasi pembangunan perumahan rakyat./Antara
Ilustrasi pembangunan perumahan rakyat./Antara

Bisnis.com, BOGOR- Kendati kawasan penyangga Jakarta seperti Bogor, Depok dan Bekasi termasuk sebagai wilayah backlog perumahan, namun penjualan hunian bersubsidi di Bodebek tersebut pada semester pertama tahun ini melambat.

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Bogor Raya Rivalino Alberto memaparkan penjualan perumahan bersubsidi di wilayah Bogor dan Depok hingga Juni tahun ini baru tercapai 25%.

Menurutnya, rendahnya penjualan rumah di wilayah Bogor Raya yakni Kota Bogor, Kabupaten Bogor dan Kota Depok dipicu karena masih banyak aturan yang menghambat penjualan seperti batasan pembangunan rumah, pembebasan BPHTB dan kondisi perekonomian dalam negeri.

"Intinya saat ini konsumen masih wait and see hingga penerapan KPR dengan bunga single digit sesuai rencana pemerintah diberlakukan. Selain itu memang perlambatan penjualan ini karena kondisi keuangan para konsumen yang belum stabil di tengah semester ini," paparnya pada Bisnis.com, Selasa (12/6/2016).

Menurutnya, penjualan perumahan biasanya dilakukan menjelang akhir tahun atau tahun baru ketika para karyawan menerima bonus tahunan dari masing-masing perusahaannya yang dijadikan sebagai dana tambahan uang muka.

Dia berharap, hingga akhir tahun penjualan rumah yang dikelola REI Bogor Raya bisa tembus hingga 40% dari ketersediaan rumah yang ada. Sebab, kata dia, pada Agustus mendatang rencananya bakal dilakukan peletakan batu pertama perumahan bagi PNS di wilayah Jonggol Kabupaten Bogor.

"Kami berharap pembangunan rumah PNS ini akan mendongkrak penjualan rumah yang dibangun REI Bogor Raya. Karena jumlah unit pembangunan tahap pertamanya lumayan cukup banyak," ujarnya.

Dia menambahkan saat ini para pengembang memang tengah fokus membuka lahan di kawasan Jonggol dan Tenjo, Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan Bekasi seiring rencana di kawasan tersebut bakal terlewati akses mass rapid transit (MRT).

Rivalino memperkirakan hunian murah di dua kawasan tersebut akan semakin bergairah karena menjadi bidikan para pengembang yang nantinya menjadi kawasan metropolis baru.

"Saat ini kan Jonggol dan Tenjo disebut pedalamannya Kabupaten Bogor. Harga tanahnya juga masih murah sehingga pengembang banyak tertarik ke situ dan nanti diperkirakan banyak orang yang lari ke situ untuk cari hunian," paparnya.

Abun Yamin Syam, Koordinator Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Wilayah IV Jawa Barat mengatakan hingga Juni tahun ini, penjualan hunian murah di Bekasi mencapai sekitar 1.500 unit atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai di atas 1.700 unit.

"Semester pertama tahun ini penjualan rumah murah memang sedikit melambat. Itu karena kondisi keuangan masyarakat sedang terpecah konsentrasinya untuk kebutuhan lebaran dan biaya masuk sekolah," paparnya.

Dia memaparkan saat ini Apersi Jawa Barat Wilayah IV menaungi antara lain Bekasi, Karawang, Purwakarta dan Subang. Adapun, Bekasi menjadi urutan kedua terbesar penjualan perumahan setelah Subang yang mencapai sekitar 2.000 unit hingga akhir Juni 2016.

Menurutnya, kalangan pengembang saat ini menyasar kawasan Bekasi pedalaman untuk membangun rumah lantaran harga tanah di wilayah Sukatani dan perbatasan Serang masih terjangkau atau mencapai Rp100.000-Rp150.000 per meter.

"Rumah murah yang disubsidi pemerintah dengan harga paling rendah Rp116 juta bisa dibangun untuk tipe 30/60, itupun harus mencari lahan yang memang tanahnya masih murah," paparnya.

Abun memaparkan saat ini memang telah terjadi pergeseran pembangunan hunian hingga menyasar wilayah Subang. Musababnya, selain menjadi salah satu kawasan industri dengan upah minimum tergolong rendah, akses menuju Subang perlahan telah membaik dengan adanya pembangunan tol Cipali.

Sehingga, lanjutnya, banyak warga pendatang yang mengadu nasib ke wilayah Subang untuk mencari pekerjaan. Selain itu, tak sedikit perusahaan yang mulai membangun pabrik di wilayah tersebut sehingga menjadi bidikan pengembang membangun perumahan murah.

Dia berharap serapan rumah murah bersubsidi dengan skema FLPP bisa kembali bergairah hingga akhir tahun seiring wilayah Apersi IV Jawa Barat masuk dalam angka backlog cukup tinggi.

"Apalagi Bekasi memang banyak penghuni yang belum memiliki rumah sendiri. Jadi kami berharap ada permintaan rumah hingga akhir tahun," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Khoer

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper