Bisnis.com, TANGSEL - Suasana menyambut pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Banten terkesan kurang semarak di wilayah Tangerang Selatan, termasuk di lingkungan kampus perguruan tinggi negeri dan swasta.
Walapun pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubenur (Wagub) Provinsi Banten yang akan bertarung di Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 2017 sudah banyak posternya dipasang di sudut-sudut kota.
Pasangan calon Gubernur dan Wagub Provinsi Banten periode 2017-2022 adalah petahana Rano Karno-Embay Mulya Syarif yang diusung 3 partai politik serta Wahidin Halim-Andika Hazrumy didukung 7 partai politik.
Khairul Umam, warga Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Tangsel, membenarkan suasana yang kurang semarak masyarakat menyambut Pilkada Gubernur dan Wagub (Pilgub) Banten yang tidak seperti di DKI Jakarta.
“Kalau ada orang kumpul-kumpul bicara soal Pilgub, yang dibahas Pilgub DKI Jakarta. Padahah, mereka pemilik hak suara Pilkada Banten dan sedang berada di wilayah Banten pula,” katanya, Kamis (13/10/2016).
Menurutnya, salah satu faktor yang membuat warga Tangsel, termasuk di lingkungan kampus perguruan tinggi, kurang tertarik membahas Pilgub Provinsi Banten karena hampir bisa ditebak pemenangnya.
Di atas kertas, lanjutnya, pasangan Rano-Mulya hanya didukung 3 partai yaitu PDIP dengan 15 kursi, Partai Nasdem 5 kursi dan PPP 8 kursi atau total sebanyak 28 kursi di DPRD Provinsi Banten.
Sedangkan pasangan WH-Andika mempunyai pendukung 7 partai dengan 57 kursi di DPRD Provinsi Banten yaitu Partai Golkar sebanyak 15 kursi, Gerindra 10 kursi, Demokrat 8 Kursi, PKS 8 kursi, PKB 7 kursi, Hanura 6 kursi dan PAN 3 kursi.
“Selain partainya yang mendukung lebih banyak, Andika adalah keluarga Atut, Mantan Gubernur Banten yang diperkirakan masih mempunyai banyak pendukung yang loyal,” ujarnya.
Sementara itu Ahmad, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, mengatakan tidak cukup menarik mendiskusikan Pilgub Banten, berbeda dengan DKI Jakarta yang Pilgub-nya serasa Pemilihan Presiden, menjadi isu nasional.
“Pilgub Banten tidak menarik karena kekuatan Atut masih kuat, ada keluarganya yaitu Andika yang maju. Sedangkan Pilgub DKI Jakarta sangat menarik, karena ada pertarangan elit politik nasional di sana,” ujarnya.