Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Gejolak Harga di DKI, Food Station Tambah Pasokan Beras

Guna mengantisipasi gejolak harga beras di Ibu Kota, Pemprov DKI Jakarta melakukan penambahan pasokan demi menjaga keamanan stok beras untuk penetrasi pasar sewaktu-waktu.
Pemprov DKI Jakarta melakukan penambahan pasokan demi menjaga keamanan stok beras untuk penetrasi pasar sewaktu-waktu./Bisnis
Pemprov DKI Jakarta melakukan penambahan pasokan demi menjaga keamanan stok beras untuk penetrasi pasar sewaktu-waktu./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Guna mengantisipasi gejolak harga beras di Ibu Kota, Pemprov DKI Jakarta melakukan penambahan pasokan demi menjaga keamanan stok beras untuk penetrasi pasar sewaktu-waktu.

Melalui salah satu BUMD miliknya yang memang ditugaskan menjaga stabilitas pangan di Ibu Kota, PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ), saat ini terus berburu beras ke sejumlah daerah, seperti Cirebon, Jawa Tengah, Karawang, Bandung, dll.

Berdasarkan data PT FSTJ, harga beras di Jakarta cenderung naik selama dua bulan terakhir, meskipun belum signifikan. Harga rata-rata pada Agustus sebesar Rp8.522/kg, naik menjadi Rp8.700/kg di September, dan hingga pertengahan Oktober 2016 sebesar Rp8.921/kg.

Sejalan dengan hal itu, stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) per Kamis (20/10) sebesar 38,097 ton, mengalami penurunan sekitar 11%  dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Arief Prasetya Adi, Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya mengatakan meskipun kenaikan dan fluktuasi harga relatif kecil, namun kondisi anomali cuaca diprediksi dapat mempengaruhi pasokan beras ke Ibu Kota.

Oleh sebab itu, pihaknya bergerak cepat untuk melakukan penambahan pasokan, sebelum kenaikan harga semakin tinggi sehingga tidak menimbulkan gejolak harga beras di pasaran.

"Stok kami terus menurun. Dan harga memang terlihat cenderung bergerak naik, jadi kami mau injek lagi sebelum harga naik terlalu tinggi," ujarnya, Kamis (20/10).

Menurutnya menurunnya pasokan diduga pengaruh anomali cuaca sebagai imbas adanya badai La Nina, sehingga mengakibatkan beberapa petani gagal panen.

Namun demikian, stok yang ada tersebut dinilai masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan warga di Jakarta.

Apalagi, Pemprov DKI masih memiliki jatah untuk dapat menggunakan cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 200.000 ton, di mana hingga saat ini baru dikeluarkan 30.000 ton.

Menurutnya jatah CBP dari Bulog tersebut dapat dikeluarkan sewaktu-waktu untuk operasi pasar guna menekan gejolak harga beras di pasaran.

Kepala Biro Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan bahwa penguasaan pasar dan pasokan yang terjaga, menjadi kunci untuk mengendalikan harga pangan di Jakarta.

Oleh sebab itu, Gubernur Provinsi DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memerintahkan sejumlah BUMD mereka untuk menambah pasokan, memotong rantai distribusi, dan menguasai pasar dengan barang yang murah dan bermutu tinggi.

Menurutnya, sejumlah upaya tersebut selama ini dinilai cukup berhasil, terbukti berdasarkan Bank Indonesia, inflasi DKI Jakarta sejak awal tahun hingga Agustus 2016 hanya tercatat 1,42%, lebih besar dibandingkan rata-rata inflasi nasional yang mencapai sebesar 3,85%.

"Selain terus berburu beras menambah pasokan, dalam waktu dekat juga akan dibangun pusat perkulakan di Kramat Jati, sehingga pedagang bisa memperoleh barang lebih murah dengan kualitas yang lebih bagus," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper