Bisnis.com, JAKARTA- Bank sentral memproyeksikan kemampuan daya beli masyarakat DKI pada triwulan III/2017 akan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Doni Joewono mengatakan pendapatan masyarakat menengah ke bawah di Jakarta diperkirakan akan bertambah pada tiga bulan ke depan seiring bakal adanya serapan anggaran pemerintah yang mulai fokus pada triwulan ini yang berdampak pada serapan tenaga kerja.
Sementara untuk golongan masyarakat kelas menengah, peningkatan daya beli bisa dilihat dari pengeluaran terutama dari kalangan pegawai negeri sipil yang memeroleh gaji ke-13 pada Juli ini.
"Untuk kelas menangah ke bawah memang terjadi penurunan daya beli selama tiga bulan ke belakang. Tetapi untuk kelas menengah atas bukan terjadi penurunan tetapi menunda untuk belanja," ujarnya pada Bisnis, Senin (14/8).
Dia mengatakan ke depan daya beli masyarakat akan kembali meningkat terutama pada masyarakat menengah dengan adanya bantuan subsidi dari Pemda DKI melalui Kartu Jakarta Pintar dan subsidi dari Kementerian Sosial.
Doni menambahkan jika sepanjang sisa tahun ini perekonomian di DKI bertumbuh, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Jakarta bisa berada di posisi 6% meskipun pada triwulan II/2017 sempat menurun dibandningkan triwulan sebelumnya.
Baca Juga
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian DKI Sri Hartati membenarkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat di DKI terutama di sektor ritel yang menyebabkan perekonomian di Jakarta pada triwulan kedua menurun.
Dia memberi contoh pusat perbelanjaan elektronik di kawasan Glodok, Jakarta Barat mulai sepi pengunjung seiring kemampuan daya beli masyarakat yang menurun, ditambah persaingan bisnis yang sangat ketat dengan hadirnya bisnis via online.
Sri menuturkan pada triwulan III/2017 diharapkan daya beli masyarakat kembali meningkat karena dari kelas menengah ke bawah khususnya di golongna PNS telah menerima gaji ke-13.
Menurutnya, penurunan daya beli masyarakat terjadi pada triwulan II/2017 dikarenakan berbagai hal antara lain terjadinya perubahan pola belanja masyarakat Jakarta.
"Triwulan II/2017 itu ada pergeseran pola, masyarakat lebih membelanjakan kebutuhan pokok di banding ritel. Kemudia kinerja ekspor juga menurun," paparnya.
Dihubungi secara terpisah, Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani mendorong Pemprov DKI untuk mengefektifkan APBD pada sepanjang semeter kedua tahun ini untuk menyerap banyak tenaga kerja.
Dia menuturkan jika warga DKI lebih banyak memperoleh pekerjaaan secara otomatis akan menambah pendapatan sehingga bisa memperbaiki daya beli masyarakat yang selama ini menurun khususnya di kalangan bawah.
"APBD harus segera dibelanjakan untuk masing-masing dinas sehingga proyek pemerintah bisa diciptakan dan membuka lapangan kerja," paparnya.
Dia menambahkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan sebelumnya mengalami pelambatan tetapi masih jauh lebih baik daripada ekonomi nasional.
Ke depan, kata dia, yang perlu diwaspadai adalah bagaimana menggenjot belanja pemerintah agar pelambatan ekonomi tidak terulang di tahun mendatang.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia Perwakilan DKI, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II/2017 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, dan lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia.
Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh pelemahan kinerja ekspor dan impor, serta belanja pemerintah yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan tersebut turun menjadi 5,96% (yoy) dari 6,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Sekretaris Daerah DKI Saefullah mengatakkan Pemprov DKI sedang menggenjot penyerapan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD).
"Kami sudah melakukan penyerapan anggaran sekitar 48%. Ini sedang dikerjakan terus," ujarnya.
Dia memaparkan pihaknya optimistis penyerapan APBD DKI bisa optimal meskipun hingga saat ini masih di bawah setengahnya.
"Sudah 48% itu lumayan bagus. Nanti kan akhirnya Desember, bisa kekejar," paparnya.