Bisnis.com, JAKARTA – Rangkaian kegiatan Road to Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) XVI berupa Kuliah Umum, Debat Terbuka serta Uji Kelayakan dan Kepatutan untuk memilih Ketua Umum HIPMI 2019 – 2022, telah memasuki fase akhir.
Hal tersebut ditandai dengan dipertemukannya kembali ketiga calon ketua umum (caketum) dalam Debat Final yang dilaksanakan secara live di Studio 1 Menara Kompas, Jakarta, MInggu (8/9/2019). Ketiga caketum yang tengah berkontestasi, yakni Bagas Adhadirgha (Ketua Bidang Luar Negeri dan Pariwisata BPP HIPMI), Ajib Hamdani (Wakil Bendahara Umum BPP HIPMI), dan Mardani H Maming (Wakil Bendahara Umum BPP HIPMI dan mantan Bupati Tanah Bumbu).
Acara dikemas selama 1 jam dengan menghadirkan sejumlah panelis untuk menguji para kandidat. Ketiga panelis tersebut adalah Abdul Latief, Mantan Ketua HIPMI 1972 – 1973 yang juga pendiri HIPMI, Ahmad Erani Yustika S.E, M.Sc, Ekonom yang juga ahli di bidang pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Dr. Aviliani S.E, M.Si. Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Acara debat dibagi menjadi dua sesi. Diawali dengan presentasi visi dan program kerja yang berkaitan dengan tema debat “Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0” selama 2 menit dan diakhiri dengan tanya jawab panelis selama masing-masing 15 menit.
Dalam pidato pembukaan acara debat, Bahlil Lahadalia, Ketua Umum HIPMI 2015 – 2018 mengatakan, HIPMI lahir dengan cita-cita mulia mensejaterahkan kemerdekaan, mensejaterahkan rakyat dan menjadi pemain ekonomi Indonesia serta sekaligus menjadi tuan di negeri sendiri. Cita-cita mulia tersebut dituangkan dalam pasal 7 anggaran dasar HIPMI tentang tujuan bagaimana menciptakan anak muda yang memiliki kapasitas entrepreneurship dan bagaimana HIPMI sebagai mitra strategis pemerintah, berjuang untuk menumbuh kembangkan suasana ekonomi yang berpihak pada penguatan pengusaha nasional.
“Jadi dalam konteks tersebut, tidak lain dan tidak mungkin kalau HIPMI kemudian dipimpin oleh orang yang tidak memiliki kompetensi. Debat hari ini adalah sebagai bentuk wujud komitmen moralitas dan wujud komitmen intelektualitas sebagai kader HIPMI untuk membawa HIPMI ke depan ke arah yang lebih baik. Ketiga calon yang hadir di acara debat hari ini adalah calon-calon terbaik yang memiliki kompetensi dan leadership dalam ekonomi nasional,” ungkapnya.
Salah satu permasalahan yang terdapat dalam bidang ekonomi sekarang adalah adalah lambatnya pertumbuhan ekonomi secara global dan hal ini akan terus berlanjut hingga 2020 mendatang, Indonesia pun akan terkena dampak, sedangkan dalam 3 tahun terakhir revolusi 4.0 terus berkembang.
Panelis Aviliani mempertanyakan bagaimana peran UKM yang juga anggota HIPMI dalam hal ini. Apabila belum semua memperoleh manfaat, apa yang akan dilakukan HIPMI untuk membantu kondisi UKM yang tertinggal tersebut dalam menghadapi kondisi global yang penuh tantangan.
Bagas, caketum nomor urut 1, memaparkan bahwa HIPMI akan menjadi organisasi servis dan mengadakan banyak pelatihan terutama di bidang teknologi informasi. HIPMI akan mendukung para pengusaha muda UKM dengan cara menjadikan HIPMI sebagai pusat inkubator sehingga UKM-UKM tersebut dapat terverifikasi baik dalam dan luar negeri.
Caketum nomor urut 2, Ajib mengatakan bahwa solusi tercepat menghadapi situasi ini adalah dengan investasi. Untuk itu pemerintah harus memiliki komitmen jelas terutama masalah regulasi. Apabila jelas, maka perdagangan akan baik.
Menurut caketum nomor urut 3, Mardani, saat ini Indonesia boleh bangga bahwa banyak start-up terkenal berasal dari Indonesia walaupun kini tidak 100 persen dikuasai anak bangsa. Hal tersebut akan menjadi perhatian HIPMI dengan mendorong negara untuk mengambil alih, dengan cara mewajibkan start up tersebut membuka perbankannya di Indonesia.
“Para anggota HIPMI harus dapat merubah mental bangsa. Permasalahan lain di dunia usaha adalah perusahaan di Indonesia jarang mengadakan pelatihan untuk karyawannya, karena apabila dibandingkan dengan negara lain, seperti Malaysia (1:11) dan Vietnam (1:19), jumlah tenaga kerja trampil Indonesia masih sangat sedikit yaitu 1 berbanding 763 (1:763), artinya setiap 763 terampil di indonesia hanya ada 1 orang asing,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan panelis Erani Yustika tentang bagaimana HIPMI ke depannya dapat memastikan agar partisipasi perusahaan yang tergabung di organisasi dapat lebih intensif mengadakan pelatihan dan bagaimana sikap HIPMI menyangkut data tersebut di atas mengingat peraturan kerja untuk tenaga kerja asing lebih berat dibanding negara lain.
Ajib Hamdani, caketum dengan nomor urut 3 mengatakan bahwa selama ini HIPMI telah memiliki strategi untuk bisa mengoptimalkan kualitas yang ada dengan memperbanyak pelatihan bagi anggotanya dan dari sisi pengusaha sebagaimana layaknya pemerintah bersikap adalah dengan memberikan insentif fiskal, moneter dan regulasi.
Caketum nomor urut 1, Bagas Adhadirgha, yang menduduki jabatan Ketua Bidang Luar Negeri di HIPMI mengatakan bahwa selama ini HIPMI telah menjalankan program pelatihan kerja sama dengan lembaga internasional guna meningkatkan kapasitas pengusaha muda di seluruh Indonesia, antara lain berupa mentoring dengan mantan CEO terkemuka dari Belanda. Mentoring tersebut kini sudah menghasilkan dan banyak anggota di level lokal telah menembus level internasional. Proses mentoring ini akan terus berlanjut dan masuk dalam program 3 pilar paparan visi Bagas.
Agak sedikit berbeda dengan kedua caketum lainnya, Mardani H. Maming, caketum dengan nomor urut 3 mengatakan bahwa hal mendasar yang perlu dirubah adalah mental bangsa ini. Menurut Mardani, lewat peran pengusaha muda, dia yakin bangsa ini akan mandiri dan berjaya di negeri sendiri seperti layaknya di masa kejayaan nenek moyang dahulu.
Di sesi Tanya Jawab terakhir, Panelis Abdul Latief menanyakan apa kesan dan pesan para caketum terhadap masyarakat bisnisIindonesia, baik HIPMI maupun bukan dan apa kiat-kiat para caketum dalam mengembangkan entrepreneurship yang nasionalistik ini serta bagaimana HIPMI harus bersikap agar stabilitas terhadap pemerintah terus terjaga.
Caketum 1, Bagas menjelaskan bahwa dia telah berkesempatan berkeliling puluhan kota dan negara tetaoi belum pernah menemukan negara selengkap Indonesia. Menurutnya, tantangan ke depan bagi masyarakat Indonesia umumnya adalah bagaimana cara memanfaatkan Sumber Daya Alam dan Manusia yang ada secara optimal, jawabannya ada di pelatihan, memperbanyak kemampuan, serta meningkatkan entry di generasi muda, karena di masa depan pekerjaan yang sifatnya rutin akan hilang dan berganti dengan ekonomi kreatif.
Dalam hal ini, HIPMI akan berperan aktif mendorong pengusaha-pengusaha muda untuk lebih kreatif dalam menghadapi zaman modern 4.0.
Ajib, caketum 2 memaparkan bahwa di tangannya, dia akan mendesain HIPMI menjadi lebih memiliki nilai tambah dan memiliki peran sentral di berbagai sektor yang kini masih banyak dikuasai pihak asing. Misalnya di sektor pertanian, masih banyak petani yang hingga kini belum mengenal perbankan, dan di sini HIPMI dapat ikut berperan.
Mardani, caketum 3 tetap berkeyakinan bahwa mental adalah faktor utama yang harus dirubah dari bangsa ini karena kita telah memiliki peradaban yang sangat luhur. Perubahan ada di orang muda dan orang muda ada di HIPMI.
Acara malam debat pamungkas tersebut ditutup oleh Erwin Aksa, Mantan Ketua HIPMI Periode 2008 – 2011. Dalam pidato penutupnya beliau mengatakan bahwa di setiap zaman pasti selalu ada hasil yang baik di setiap kepengurusan karena HIPMI memiliki kader yang luar biasa dengan talenta yang dimiliki, kemampuan untuk membawa anak muda menjadi pelaku usaha yang ikut membangun ekonomi bangsa kita.
“Saya yakin ke depannya akan lebih banyak tantangan, dan saya berharap ketua umum yang akan datang akan membawahi HIPMI secara jauh lebih baik lagi serta merangkul dan menggandeng kader –kader yang lain,” tegasnya.
Puncak Munas HIPMI XVI akan berlangsung di Jakarta pada 16 – 18 September dan menurut rencana akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan dihadiri oleh lebih dari 2.000 pengusaha muda dari seluruh Indonesia.