Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Jangan Panik! 90 Sekolah TK—SMA di Jakarta Ditutup Sementara Akibat Omicron

KSP meminta masyarakat tidak panik menyikapi penghentian sementara pembelajaran tatap muka (PTM) di 90 sekolah di Jakarta akibat Omicron.
Newswire
Newswire - Bisnis.com 28 Januari 2022  |  11:16 WIB
Jangan Panik! 90 Sekolah TK—SMA di Jakarta Ditutup Sementara Akibat Omicron
Sejumlah murid mengikuti Pembelajaran Tatap Muka di SDN 01 Pondok Labu, Jakarta, Senin (3/1/2021). Bisnis - Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Kantor Staf Presiden  (KSP) meminta masyarakat tidak panik berlebihan dalam menyikapi penghentian sementara pembelajaran tatap muka (PTM) di 90 sekolah di Jakarta akibat Omicron.

"Waspada harus proporsional, jangan panik berlebih. Kita ribut dengan penutupan 90 sekolah, padahal di Jakarta ada 6.421 sekolah," kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo, dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (28/1/2022).

Dia menyampaikan, sesuai dengan data yang dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta, sebanyak 90 sekolah ditutup setelah ditemukan kasus Covid-19 pada siswa, guru, dan tenaga pendidikan.

Sekolah yang ditutup itu mencakup jenjang TK sampai SMA, dan tersebar di 5 wilayah kota Jakarta, yakni Jakarta Barat 9 sekolah, Jakarta Pusat 5 sekolah, Jakarta Selatan 31 sekolah, Jakarta Timur 42 sekolah, dan Jakarta Utara 3 sekolah.

Abraham menegaskan, bahwa kebijakan pemerintah terkait PTM, mengacu pada SKB 4 menteri, di mana jumlah kehadiran siswa dalam PTM ditentukan dari level PPKM tiap daerah, sehingga bukan satu kebijakan untuk seluruh wilayah Indonesia.

"Jika angka kasus di Jakarta semakin naik dan level PPKM jadi level 3, maka otomatis PTM dibatasi maksimal 50 persen. Tapi jika level PPKM kembali membaik maka PTM dinaikkan lagi hingga 100 persen. Ini diatur dalam SKB 4 menteri," tegasnya.

Dikatakan, hasil verifikasi lapangan menunjukkan pembelajaran jarak jauh berdampak terhadap kualitas belajar anak atau peserta didik saat pandemi Covid-19.

"Menurut kajian Kemendikbud dan Kemenag, hanya 15 persen anak SD kelas 1 yang nilainya sesuai standar. Hasil verifikasi lapangan KSP malah menemukan 50 persen anak SD kelas 1 belum bisa baca tulis," ungkapnya.

Abraham menekankan, bagaimanapun juga belajar tatap muka lebih baik dan perlu terutama pada tingkat dasar.

#ingatpesanibu #sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Adaptasi Kebiasaan Baru

Sumber : Antara

Editor : Nancy Junita

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top