Bisnis.com, TANGSEL-- Sejumlah pendidik di Tangerang Selatan (tangsel) menolak kegiatan perayaan Halloween yang akan digelar di pusat perbelanjaan dan mal karena tidak sesuai dengan budaya nasional dan moto Kota Tangsel.
Aminuddin, guru Sekolah Menengah Pertama di Pamulang, Tangsel, mengatakan sebaiknya Pemkot Tangsel melarang perayaan Halloween yang akan diselenggarakan di sejumlah mal dan hotel pada 31 Oktober 2015.
“Pemkot Tangsel dengan motonya Modern, Cerdas dan Religius cukup beralasan untuk menolak izin penyelenggaraan acara perayaan Halloween, yang tidak sesuai dengan budaya nasional kita,” katanya Selasa (27/15/2015).
Menurutnya, para guru dan orangtua murid yang ditemuinya juga sependapat dengan sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tangsel, menolak penyelenggaraan pesta Halloween yang justru dapat merusak semangat modernisasi di kalangan generasi muda.
Hidayati, guru di Cempaka Putih, Ciputat Timur, mengatakan Halloween bukan simbol seseorang yang modern, tetapi sebaliknya justru mengarah pada demodernisasi sesuai sejarah tradisi itu.
“Silakan buka Google, cari apa itu Halloween, maka Anda akan tahu apa sebenarnya pesta yang banyak dikira tradisi dari Amerika Serikat, simbolnya negara modern di dunia,” katanya.
Menurutnya, dari penelusuran di Google akan ditemukan bahwa Halloween atau Hallowe’en adalah tradisi perayaan malam 31 Oktober yang berasal dari Irlandia, yang dibawa para imigran ke Amerika Utara.
Di sana Halloween dirayakan anak-anak dengan memakai kostum seram dan cenderung menakut-nakuti, berkeliling dari pintu ke pintu rumah tetangga untuk meminta permen atau cokelat sambil berkata trick or treat!.
“Ucapan trick or treat! itu adalah semacam ancaman yang berarti beri kami (permen/coklat) atau kami jahili. Nah, meminta dengan ancaman seperti itu kan tidak baik buat perkembangan mental anak-anak,” ujarnya.