Bisnis.com, JAKARTA—Tingkat Kehilangan Air atau Non Revenue Water (NRW) di PAM Jaya masih berada di level 40%. Untuk mengurangi jumlah tersebut sekitar 1,5% hingga 2% pada tahun ini, PAM Jaya mengalokasikan dana hingga Rp140 miliar
Direktur Utama PAM Jaya Erlan Hidayat mengungkapkan NRW di perusahaan yang dikelolanya berada pada level 40%. Penyebab utamanya sebagian besar atau sekitar 75% disebabkan oleh kondisi perpipaan yang sudah tua, keropos dan kebocoran pada jaringan, sementara 25% disebabkan oleh meter air yang rusak, kesalahan dalam pembacaan meter, hingga koneksi dan konsumsi secara ilegal.
"Target tahun ini NRW turun 1,5%-2% melalui penurunan kehilangan komersil dan fisik dengan fokus di beberapa area yang losses-nya tinggi seperti Pluit, Tj.Duren, Enggano, Salemba dan Pademangan. Anggaran yang disiapkan dua mitra [Palyja dan Aetra] yang berdampak kepada NRW sekitar Rp140 miliar," ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (01/03).
Terkait dengan pemutihan utang PDAM oleh pemerintah, Erlan mengatakan hal tersebut tidak berdampak apa-apa, sebab PAM Jaya telah melunasi seluruh hutangnya pada 15 Desember 2015. Meski demikian, dia berharap restrukturisasi utang dapat meningkatkan kinerja PDAM lainnya di Indonesia.
Dia menilai penghapusan utang dapat membuat PDAM menjadi mampu mengalokasikan anggaran untuk penurunan NRW. Hal tersebut mencakup penggantian meter air, rehabilitasi jaringan, yang secara otomatis juga akan menaikkan penjualan dan revenue.
"Selain itu juga struktur permodalannya akan menjadi lebih sehat, sehingga kewajiban-kewajiban lainnya seperti dana pensiun karyawan, hutang pihak ketiga, dapat lebih diprioritaskan," tutupnya.