BISNIS.COM,JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyelenggarakan Rakornas Kemitraan antara BKKBN dengan Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Bidan Indonesia, untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDG's) 2015.
Rakornas yang dibuka oleh Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi itu berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis-Sabtu (11-13 April). Diikuti oleh 150 orang dari berbagai daerah.
Tema Rakornas adalah Dengan Komitmen Bersama IDI dan IBI, Kita Percepat Pembangunan KKB menuju Pencapaian MDG's 2015.
Sudibyo Alimoeso, Plt Kepala BKKBN, mengatakan Indonesia masih menghadapi permasalahan yang cukup kompleks, terkait kondisi kependudukan saat ini.
"Permasalahan yang dihadapi menjadi lebih rumit, karena selain masalah kuantitas, juga kualitas penduduknya, terutama pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan," kata Sudibyo di Jakarta, Kamis (11/4) malam.
Dari sisi kuantitas, lanjutnya, LPP Indonesia mengalami stagnasi sebesar 1,49% (Sensus Penduduk 2000 dan 2010).
Sedangkan dari sisi jumlah absolut, jumlah penduduk Indonesia 2010 ternyata melebihi estimasi penduduk, yaitu sebesar 237,6 juta jiwa. Angka kelahiran total (TFR) stagnan dari 2007 dan 2012, yaitu 2,6 anak per wanita usia subur.
Dari sisi kualitas, tambah Sudibyo, secara umum variabel yang diukur adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Secara khusus di bidang kesehatan ada kemajuan yang konsisten, terutama angka kematian bayi (AKB) yang mengalami penurunan dari 74/1000 kelahiran hidup (SDKI 1999) menjadi 32/1000 (SDKI 2012).
Untuk angka kematian ibu (AKI) walau mengalami penurunan signifikan dari 390/1000 kelahiran hidup pada 1991, menjadi 228/1000 pada 2012.
"Namun berdasarkan target MDG's 2015 yaitu 102/1000 kelahiran hidup. Nampaknya kita semua harus bekerja ekstra keras untuk dapat mencapainya," ungkap Sudibyo.
Menurut dia, salah satu yang menyumbang tingginya AKB dan AKI, adalah rendahnya usia kawin pertama di Indonesia.
Berdasarkan SDKI 2012, katanya, tercatat 4,8% menikah pada usia 20-24 tahun, dan 41,9% menikah usia 15-19 tahun. "Hal ini menjadi tugas berat BKKBN dalam mengampanyekan penundaan usia perkawinan, dan semua pihak harus ikut mendorong generasi muda lebih meningkatkan pendidikan," ujarnya.
BKKBN melalui program Generasi Berencana (Genre), berupaya mencegah pernikahan dini melalui sosialisasi Genre to School yang telah dicanangkan pada tahun lalu.