Bisnis.com, JAKARTA--Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang akan menghapus topeng monyet pada 2014 mendapat kritikan dari Satuan Tugas Perlindungan Anak yang menilai monyet lebih beruntung ditempatkan di ragunan.
Penanganan anak jalanan di Ibu Kota belum mendapat konsep yang jelas sehingga masih banyak yang berkeliaran. Mendengar hal itu, Jokowi minta membedakan antara persoalan topeng monyet dengan anak jalanan.
"Jangan saling dibandingin monyet [dengan anak jalanan]. Ini soal yang berbeda," katanya di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (23/10/2013).
Saat ini DKI punya 56 rumah singgah namun sudah penuh semua karena anak jalanan mencapai 3.000 lebih. Jokowi mengaku belum menemukan cara untuk mengatasi banyaknya anak jalanan ini.
Dia justru menantang kepada pihak pengkritik untuk mengusulkan cara yang tepat mengatasi anak jalanan. Berbagai jurus sudah dilakukan tetapi anak jalanan datang lagi di kolong jembatan dan perempatan jalan.
"Jurusnya apa kasih tahu saya biar itu [anak jalanan] bisa bersih. Jangan dipikir ngurus monyet yang anu [anak jalanan] malah nggak, jangan dipikir seperti itu. Itu juga diurusi, ini juga diurusi."
Anak jalanan belum rampung karena memang manusia bisa berpikir, ketika dirazia akan keluar dengan cara lain. Jokowi terbuka menerima masukan dalam rangka mengatasi hal ini, jurus permanen yang benar-benar bisa mengatasi masalah, bukan cuma wacana yang tidak ada hasilnya.