Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempercayakan proyek pembersihan Monumen Nasional kepada Kaercher, perusahaan asal Jerman.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pun dituding tidak nasionalis atas pilihan tersebut.
Tudingan itu disampaikan oleh Asosiasi Rope Access Indonesia (ASRAI) dan Asosiasi Pengusaha Kliring Servive Indonesia (Apklindo) yang sebelumnya berniat mengerjakan proyek itu pada 2010 dalam bentuk program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Namun hal itu tidak direalisasikan karena rumitnya birokrasi.
Atas tudingan tersebut, pria yang akrab disapa Ahok itu pun membantah penilaian itu.
"Sekarang kan kalau melihat ukuran profesional, apa mereka pernah mengerjakan monumen nasional dunia? Itu saja," ujar pria yang akrab disama Ahok di Balai Kota, Kamis (24/4/2014).
Pemilihan Kaerher untuk melakukan pembersihan Monas karena telah membersihkan sejumlah bangunan bersejarah lainnya di dunia yakni Basilika Santo Petrus di Vatikan (1998), Gunung Rushmore di Amerika Serikat (2005) dan London Eye di Inggris (2013).
"Profesionalnya ditunjukan bukan hanya dari profesional panjat tebing, tapi apakah mereka pernah mengerjakan monumen nasional dunia? Itu saja. Saya tidak mau ambil resiko kalau cuma ngaku-ngaku. Kalau cuma manjat, banyak yang bisa," tuturnya.
Pemprov DKI juga telah membuat syarat-syarat bagi pihak yang berminat untuk membersihkan Monas, yakni tanpa meminta bayaran kepada pemprov dan dalam bentuk CSR. Monas dibangun pada 1961, pembersihan pertama dilakukan pada 1992 dan baru kali ini Monas kembali dibersihkan.