Bisnis.com, BEKASI — Alih-alih menunggu realisasi pengembangan aeromovel, Kota Bekasi dinilai perlu secepatnya merealisasikan keberadaan sarana transportasi pengumpan (feeder) berupa bus guna meredam kemacetan dan mendukung aktifitas masyarakatnya yang menjadi pekerja di Ibu Kota Jakarta.
Djoko Setijowarno, pengamat angkutan massal dan Wakil Bidang Riset dan Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia, mengatakan dengan kondisi kemacetan yang semakin parah Kota Bekasi tidak lagi memerlukan sarana transportasi dalam kota. Menurutnya, kota yang dipenuhi sejumlah kawasan perumahan tersebut justru sangat memerlukan feeder.
Sarana transportasi pengumpan tersebut, jelasnya, akan menghubungkan sejumlah kawasan perumahan dengan pusat transportasi massal, yakni stasiun kereta rel listrik (KRL) di Kota Bekasi. Dia mengatakan pemanfaatan KRL secara maksimal menjadi prioritas utama bagi Kota Bekasi dengan tingginya aktifitas masyarakat ke arah Ibu Kota.
"Jangan menambah sarana yang hanya muter-muter di tengah Kota, jika ingin membantu mengurai kemacetan. Manfaatkan KRL, apalagi jika double track [rel ganda] sudah rampung, maka itu akan terhubung hingga Cikarang. Jadi, tinggal kapasitasnya yang ditambah," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (7/8/2014).
Dengan kondisi tersebut, Djoko menuturkan Pemkot Bekasi perlu segera merealisasikan sarana transportasi tersebut. Menurutnya, bus feeder menjadi pilihan terpat dengan kondisi yang mendesak tersebut.
Dia mengungkapkan penyediaan alat transportasi itu relatif lebih murah dan akan cepat diwujudnyatakan jika dibandingkan dengan pengadaan aeromovel. "Jangan sampai berat anggaran dan terhambat."
Djoko menilai rencana Pemkot Bekasi merealisasikan aeromovel dalam jangka panjang juga dapat membantu mengurai kemacetan dan mendukung aktifitas Kota Bekasi sebagai pendukung Ibu Kota. Namun, sambungnya, realisasi sarana transportasi tersebut membutuhkan waktu yang relatif lama, anggaran yang besar dan dengan kapasitas angkutan relatif lebih kecil dibandingkan armada bus.
"Contohnya di Taman Mini yang bentuk dan kapasitasnya tidak besar," katanya.
Seperti diketahui, Pemerintah Kota Bekasi mendukung penuh rencana investor yang berencana menggarap proyek transportasi aeromovel dengan nilai investasi sekitar Rp2 triliun dan rencananya dimulai pada 2015.
Berbeda dengan monorel, kereta alat transportasi ini digerakkan dengan teknologi blower (embusan angin). Aeromovel memakai teknologi hembusan dan tekanan angin yang tidak membutuhkan lahan luas untuk pengerjaannya.
Adapun, pihak investor siap membangun lintasan rel sepanjang 12 kilometer yang melintasi Perumahan Kota Harapan Indah-Kawasan Summarecon-Perumahan Kemang Pratama atau mengitari tiga kecamatan di Kota Bekasi antara lain; Kecamatan Medansatria, Bekasi Barat dan Bekasi Selatan.
Lokasi tersebut dianggap dapat menghubungkan antara lokasi perumahan dengan pusat perbelanjaan di Kota Bekasi serta ditunjang dengan infrastruktur yang memadai. Alat transportasi ini mampu mengangkut sekitar 250 orang dengan 25 rangkaian.
Dihubungi terpisah, Kepala Bagian Kerjasama dan Investasi Sekretariat Daerah Pemkot Bekasi, Kariman, mengatakatan pemkot masih membicarakan kesepakatan bersama dengan investor mengenai proyek tersebut. Menurutnya, belum ada informasi baru mengenai perkembangannya.
"Sampai saat ini masih dalam pembahasan kesepakatan bersama. Untuk sementara masih seperti itu, belum ada perkembangan lagi," ujarnya.