Bisnis.com, JAKARTA--Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengungkapkan bahwa Giant Sea Wall yang sekaligus menjadi waduk atau tampungan air tidak bisa diterapkan.
Ahok sapaan akrab Basuki menilai Giant Sea Wall (GSW) yang rencana dibangun di Jakarta lebih cocok versi Maasvlakte Sea Wall di Rotterdam, Belanda.
Setelah Ahok melakukan observasi di Saemangeum Seawall, Korea Selatan, dan melihat bahwa GSW disana lebih cenderung untuk menahan ombak besar.
Adapun di Jakarta, GSW dibangun guna mencegah agar tidak tenggelam karena wilayahnya yang berada dibawah permukaan laut.
“Kalau kita buat menahan supaya Jakarta gak tenggelam, karena kita di bawah permukaan laut,” ujarnya di Balai Kota, Jakarta, Senin (22/9/20114)
Ahok menuturkan bisa saja pembangunan GSW menggunakan teknik bangun seperti yang di Korsel.
Pembangunan Saemangeum Seawall dibangun dengan bahan baku yang lebih murah, yaitu pasir.
Namun menurut Ahok, bahan pasir tersebut sulit ditemukan di Jakarta.
Terkait rencana pembangunan tanggul laut raksasa ini, Pemprov DKI akan mengupayakan proyek normalisasi 13 sungai.
Selain itu, Pemprov akan membereskan tahap A dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yakni reklamasi 17 pulau.
“Ini proyek penting buat kita, kalau tahap A ini beres, yang utara kita beresin, ini banjir bisa kita atasin,” tambahnya.
Pemprov DKI juga bakal mengizinkan pembangunan rumah mewah di kawasan Utara Jakarta sekaligus untuk menahan ombak.
Ahok mengibaratkan pembangunan tersebut seperti yang terdapat di California, Amerika Serikat.
“Di California begitu. Akan terjadi kenaikan muka laut macam-macam. Jadi harusnya di Utara ini kasihlah perumahan yang bagus-bagus,” ucap Ahok.