Bisnis.com, DEPOK—Pemerintah berharap pengusaha swasta mendukung program riset perguruan tinggi menyusul anggaran riset di Indonesia selama ini berkisar senilai 0,09% dari produk domestik bruto (PDB).
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir menuturkan anggaran riset di Indonesia dianggap paling kecil dibandingkan dengan negara tetangga.
Dia menyebutkan anggaran riset di Malaysia mencapai 1%, Thailand 0,25% dan Singapura 2,15% dari PDB. Padahal, katanya, anggaran untuk riset di Indonesia senilai 0,5% saja sudah dianggap ideal.
Nasir menambahkan selama ini alokasi anggaran riset di Indonesia sebesar 74% berasal dari pemerintah. Sementara para negara tetangga sekitar 80% alokasi anggarannya berasal dari pelaku usaha swasta.
"Inilah tantangan para perguruan tinggi ke depan untuk bisa bersinergi dengan kalangan pengusaha dalam melakukan hilirisasi hasil risetnya," katanya di kampus Universitas Indonesia, Kamis (4/12).
Dia mengklaim, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kamar Dagang dan Industri dan para pelaku usaha swasta lainnya terkait upaya kerja sama dengan pihak perguruan tinggi.
Menurutnya, hasil riset yang dilakukan Kemenristek Dikti dan para perguruan tinggi ke depan harus diimplementasikan salah satunya untuk dunia usaha.
"Jadi jangan ada lagi hasil riset yang sudah dilakukan hanya sebatas menjadi paper atau jurnal yang menumpuk di sudut-sudut perpustakaan. Hasil riset itu harus bisa diaplikasikan oleh industri," paparnya.
Apabila upaya sinergitas perguruan tinggi dan dunia usaha sudah dilakukan, katanya, niscaya tingkat kesejahteraan masyarakat bisa semakin terwujud lantaran secara otomatis membuka lapangan pekerjaan.
"Maka saya tekankan hasil riset yang setiap tahun menghasilkan ribuan dari berbagai bidang itu harus dikomersialisasikan," paparnya.
Adapun, sektor yang diutamakan dalam riset peguruan tinggi maupun oleh Kemenristek Dikti menekankan pada program Nawacita yang diusung oleh pemerintah. Beberapa di antaranya yakni kemaritiman, kedaulatan pangan dan energi.
"Apabila semua sektor tersebut sudah didukung oleh berbagai pihak yakni pemerintah, swasta dan perguruan tinggi, maka saya yakin hal itu akan berdampak positif," paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia Bambang Wibawarta mengklaim selama ini pihaknya telah berupaya bekerja sama dengan kalangan pengusaha swasta.
Setiap hasil riset yang dilakukan civitas akademik Universitas Indonesia, paparnya, dipamerkan dalam sebuah kegiatan dengan mengundang para pengusaha lokal dan asing.
Namun, katanya, tindak lanjut dari kalangan dunia usaha tersebut belum begitu maksimal. Oleh karena itu, pihaknya akan terus melakukan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan upaya sinergitas tersebut.
Dia menambahkan, anggaran riset Universitas Indonesia mencapai Rp150 miliar per tahun. “Adapun, hasil riset setiap tahunnya rerata menghasilkan sebanyak 3.000 di berbagai bidang,” paparnya.
Rektor Universitas Indonesia terpilih periode 2014-2019 Muhammad Anis menuturkan dirinya akan membawa kampus ke depan menjadi lebih berdaya saing secara lokal dan global.
“Untuk mencapai sinergitas dengan semua pihak, kami akan membangun trust. Meskipun proses membangun trust ini memerlukan waktu lama, tapi kami yakin ke depan kampus ini akan bermanfaat bagi bangsa dan negara,” ujarnya.