Bisnis.com, Jakarta--Nilai ekspor produk Ibu Kota pada Oktober menurun 3,69% dibandingkan pada bulan sebelumnya. Nilai ekspor produk DKI sebesar US$1,05 miliar, sedangkan September sebesar US$1,09 miliar.
Terdapat tujuh komoditas yang mengalami penurunan nilai ekspor, antara lain perhiasan dan permata, kendaraan dan bagiannya, lemak dan minyak hewan/nabati, barang rajutan, pakaian jadi, mesin-mesin/pesawat mekanik, serta plastik dan barang dari plastik.
"Inflasinya jadi tinggi, artinya dollar naik. Artinya ada peluang meningkatkan ekspor karena harga kita semakin kompetitif," ujar Nyoto Widodo, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI, kepada Bisnis.com, Kamis (4/12/2014).
Inflasi yang tinggi di DKI akibat terkerek kenaikan harga BBM bersubsidi, menurut Nyoto, bisa menjadi peluang. Produk asal Jakarta yang diekspor dijual dengan menggunakan mata uang dolar AS, semakin menunjukkan harga yang kompetitif.
Selain itu, dia mengatakan Pemprov DKI harus mewaspadai inflasi yang kemungkinan masih tinggi pada bulan ini. Tarif angkut logistik sangat mempengaruhi inflasi DKI.
"Tarif angkutan masih menjadi penyumbang inflasi terbesar di Jakarta," katanya.
Beberapa komoditas ekspor yang terpantau meningkat adalah ikan dan udang dengan nilai US$6,74 juta, mesin/peralatan listrik sebesar US$2,12 juta, dan tembaga sebesar US$0,78 juta.