Bisnis.com, TANGERANG—Perayaan hari raya Imlek dilaksanakan dengan dua makna, yakni agamis dan melestarikan budaya.
Oey Tjin Eng, Humas Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio Kota Tangerang, mengatakan bagi umat Konghucu hari raya Imlek menjadi perayaan Agama, sementara bagi umat agama lain seperti Islam, Kristen dan lainnya yang keturunan China bermakna budaya.
“Perayaan Imlek secara agamis dilakukan oleh Konghucu, sementara penduduk keturunan China yang beragama Islam, Kristen dan lainnya merayakan imlek sebagai budaya,” tuturnya, Kamis (19/2/2015).
Menurutnya, persiapan yang dilakukan oleh Kelenteng Boen Tek Bio pada perayaan Imlek tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hiasan yang banyak dipajang seperti lampion, pelita, lilin dan lukisan dinding merupakan pemberian dari umat. Untuk lampion, menurutnya umat harus mengimpornya dari China, karena di dalam negeri belum ada yang dapat memproduksinya.
“Persiapan Imlek kali ini hanya penambahan stok bunga Mei Hwa, lilin kertas, lukisan dan minyak. Lampion yang dipasang mayoritas sumbangan dari jamaah, kecuali hiasan yang ada di altar utama, pengurus kelenteng yang menyiapkannya,” tuturnya.
Menurutnya, setelah perayaan Imlek hari pertama, pada tanggal empat imlek Toapekong Naik atau dewa dapur yang satu pekan sebelum imlek terbang ke langit akan kembali bertugas di dunia.
Toapekong Naik terbang ke langit untuk melaporkan kehidupan manusia kepada tuhan. Kemudian, lanjutnya, pada tanggal 8-9 Imlek para umat akan melaksanakan sembahyang kepada tuhan.
“Arti dari sembahyang ini merupakan wujud kesetiaan dan sujud kepada tuhan yang mahaesa,” katanya.