Bisnis.com, TANGERANG— Provinsi Banten mengakhiri kuartal I/2015 dengan anomali berupa kenaikan harga barang dan jasa terdorong melonjaknya inflasi kelompok kesehatan mencapai 1,98%.
Kepala Pusat Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten Syech Suhaimi mengatakan pada bulan ketiga tahun ini inflasi barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat secara umum sebesar 0,36%. Hal ini dirasa tak familiar karena lazimnya selama kuartal pertama yang terjadi adalah penurunan harga.
“Sepertinya pada Maret 2015 anomali begitu. Tapi memang pada Maret terjadi gejolak sedikit terpengaruh kebijakan pemerintah, seperti pengetatan impor dan depresiasi kurs rupiah,” tuturnya saat dihubungi Bisnis, akhir pekan lalu.
Persentase inflasi secara umum 0,36% dan kelompok kesehatan 1,98% merupakan komparasi terhadap realisasi Februari 2015. Kelompok pengeluaran kesehatan secara total berkontribusi 0,11% terhadap inflasi Banten pada bulan lalu.
Kelompok pengeluaran kesehatan terdiri dari sub kelompok jasa kesehatan, obat-obatan, jasa perawatan jasmani, perawatan jasmani dan kosmetik. Seluruhnya mengalami lonjakan indeks harga konsumen masing-masing sebesar 3,85%, 0,81%, 0,42%, dan 0,06%.
Secara keseluruhan 26 dari 38 komoditas dalam kelompok pengeluaran kesehatan mengalami koreksi harga. Porsi dominan yang menyumbang inflasidi antaranya tarif dokter umum, tarif rumah sakit, obat dengan resep, dan bedak. Adapun yang mendorong deflasi adalah sabun mandi dan lotion tubuh.