Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Jokowi meresmikan pengoperasian perdana mesin bor raksasa "Antareja" dari titik Patung Pemuda Senayan, Jakarta Selatan.
Alat tersebut merupakan mesin pertama, dari total empat TBM, yang akan membelah area bawah tanah Ibu Kota dalam pekerjaan kontruksi proyek MRT Jakarta.
Ada yang unit dibalik pemberian nama "Antareja" untuk Tunnel Boring Machine (TMB) oleh Joko Widodo. Dirut PT MRT Jakarta Dono Boestami mengatakan penamaan mesin bor bawah tanah raksasa tersebut diserahkan kepada Presiden Jokowi selaku kepala negara Indonesia.
"Pemberian nama terhadap mesin bor ini merupakan hak prerogatif Presiden. Kami datangi Pak Jokowi agar beliau mampu memberi nama,” Ujarnya seusai acara Peresmian Pengoperasian Mesin Bor Bawah Tanah Proyek MRT oleh Presiden Jokowi di Patung Pemuda, Bundaran Senayan, Jakarta Selatan, Senin (21/9/2015).
Dia menuturkan alasan Presiden Jokowi memutuskan memberi nama Antareja karena dirinya terinspirasi tokoh pewayangan klasik. Pasalnya, Antareja yang merupakan anak tertua Bima Sang Pandawa.
Dono melanjutkan Antareja memiliki karakteristik unik, yakni lebih banyak dihabiskan kehidupan di bawah tanah. Ini bisa terjadi lantaran Antareja memiliki cincin Mustikabumi. Pusaka pemberian Ibunda tersebut yang mempunyai kesaktian dapat menjauhkan kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah.
“Tidak hanya itu, Antareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi. Keberadaan mesin bor bawah tanah yang akan membelah bumi dan menggali tanah terlihat seperti berjalan di dalam bumi. Hampir sama dengan kehidupan Antareja. Maka, Presiden Jokowi meminta mesin bor tersebut diberi nama Antareja," paparnya.
"Antareja" memiliki diameter ±6,7 meter dengan total panjang ±43 meter. Adapun, bobot bor raksasa tersebut mencapai ±323 ton, mulai dari bagian kepala (cutterhead) hingga bagian akhir (backup cars).
"Antareja akan mampu melakukan pengeboran terowongan jalur bawah tanah MRT Jakarta dengan kecepatan ±8 meter per hari," kata Dono.
Mesin TBM "Antareja" akan dioperasikan oleh kontraktor CP 104, yaitu SOWJ Joint Venture yang terdiri dari Shimizu, Obayashi, Wijaya Karya, dan Jaya Konstruksi. Bor raksasa tersebut menggunakan teknologi Earth Pressure Balance (EPB) yang diproduksi oleh Japan Tunnel Systems Corporations (JTSC).