Bisnis.com, TANGERANG—Sejak awal tahun sampai dengan akhir September terdapat izin prinsip dan izin usaha baru senilai Rp136 triliun di Provinsi Banten.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Babar Suharso mengatakan nominal itu khusus untuk penanaman modal dari investor domesik saja alias penanaman modal dalam negeri (PMDN).
“Paling banyak masih di sektor manufaktur [industri pengolanan nonmigas],” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (22/10/2015). Adapun sektor minyak dan gas bumi (migas) dinyatakan memiliki potensi tetapi belum banyak tergarap, demikian pula di bidang energi.
Berdasarkan data BKPM pusat, Provinsi Banten merupakan penerima investasi terbesar kelima selama semester pertama senilai Rp17,6 triliun. Pesaing lainnya adalah Jawa Barat Rp61 triliun, DKI Jakarta Rp28,3 triliun, Jawa Timur Rp23,1 triliun, dan Kalimantan Rp20,6 triliun.
Posisi Banten di urutan kelima sama seperti semester I/2014. Pada tahun lalu investasi yang diraup provinsi ini malah lebih besar sekitar Rp30 triliun baik PMA maupun PMDN. Nilai ini setara dengan 6,5% dari keseluruhan kapital yang tertatam di dalam negeri.
“[Tahun ini] investasi manufaktur yang besar baru-baru ini terealisasi adalah proyek Krakatau Posco,” tutur Babar.
Proyek Krakatau Posco bernilai investasi US$5,7 miliar. Pabrik baja terpadu ini bisnis patungan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dengan Pohang Iron & Steel Company (Posco). Kepemilikan atas Krakatau Posco sebesar 30% di tangan Krakatau Steel dan 70% dipegang Posco.
Pabrik pertama Krakatau Posco merealisasikan pengiriman perdana pelat baja pada 22 Januari 2014. Krakatau Posco tidak hanya memproduksi slab tetapi juga pula pelat baja dan baja canai panas.
Pembangunan pabrik perdana berkapasitas 3 juta ton per tahun ini menelan US$2,7 miliar. Adapun pabrik tahap kedua sekitar US$3 miliar dengan kapasitas produksi yang sama.